Menurut saya, tahun ini Indonesia
kembali memasuki pesta demokrasi yang dapat dikatakan cukup menegangkan. Betapa
tidak, pentas politik yang terjadi telah mewarnai gemerlapnya berbagai tawaran
yang diberikan partai politik dalam penyampaian aspirasinya, tentang apa yang
akan diberikan kepada bangsa ini khususnya dalam pemberian akses pelayanan
publik secara maksimal. Semua partai politik yang berkompetisi di tahun ini,
dapat kita cermati semuanya sangat sibuk dengan strategi-strategi apa saja yang
akan dilakukan untuk mendapatkan simpati perolehan suara yang banyak dari
masyarakat.
Hal ini dapat dilihat pada pemilihan
legislatif yang baru saja dilaksanakan pada April lalu, disusul Pemilihan
Presiden mendatang 9 Juli 2014. Jika kita mencermati, sesungguhnya telah terjadi
transisi elit politik lama beralih ke elit politik baru, dengan kata lain telah
terjadi hijrah dari elit politik
tertentu. Selain adanya fase transisi elit politik lama beralih ke elit politik
baru, tampaknya ada hal menarik lagi yang dapat kita cermati dalam melihat
pentas demokrasi di tahun ini. Pentas
demokrasi pada pemilu juga menghadirkan para public figur yang mungkin sudah tidak asing lagi dikenal masyarakat
yang kemudian tiba-tiba saja beralih profesi terjun ke dalam ranah politik
seperti Tantowi Yahya, Rachel Maryam, dll yang sebelumnya hanya mengenal
gemerlapnya dunia “hiburan”.
Tampaknya ini menjadi salah satu
strategi yang dilakukan partai politik tertentu dalam melakukan rekrutmen
politik yang tidak lain notabennya adalah ingin mendapatkan perolehan suara
secara instan, dan agar dapat lolos dalam
parliamentary threshold. Berangkat dari inilah, muncul skeptis tersendiri
dari penulis jangan-jangan partai politik yang ada sekarang ini telah meninggalkan
basis ideology yang seharusnya secara
konsisten harus dijadikan pondasi, akan tetapi justru berorientasi pada sifat
yang sangat pragmatis. Dimana partai politik hanya memikirkan bagaimana dapat
berhasil mendongkrak massa/voters
dengan jumlah yang sebesar-besarnya. Pragmatis yang saya maksud disini terkait
dengan persoalan menang atau kalah.
Sungguh ironis tentunya ketika suatu
partai politik dalam pemilihan umum tahun ini harus mengalami transisi yang
awalnya ideologis, namun menjadi sangat pragmatis. Padahal salah satu peran
utama partai politik sendiri adalah bagaimana ia dapat menjadi basis penyokong
utama demokrasi yang kemudian akan melahirkan program-program yang dapat
seutuhnya direalisasikan dalam ruang-ruang pemerintahan. Jadi, ketika kegamangan
partai politik hadir dengan sekedar
pragmatis, tidak menutup kemudian akan melahirkan apa yang disebut dengan
sentimen anti partai yaitu sikap minor warga negara terhadap
partai politik.
Beberapa
faktor yang dapat dianalisis disini adalah dengan melihat banyaknya kegagalan
partai dan para elit politiknya sendiri terkait tentang apa yang seharusnya
mereka lakukan, tapi justru jauh dari harapan masyarakat. Banyaknya masalah
yang tidak disikapi secara bijak untuk diselesaikan telah membuat partai maupun
elit politik melahirkan estimation logis
tersendiri bahwa mereka (partai dan elit politik) hanya mengobral janji yang
berlebihan dalam memproklamirkan penawaran politik.
Setelah mengetahui hasil final jumlah perolehan suara dalam
pemilihan umum legislatif lalu yang dimenangkan PDIP, tampaknya partai politik
mulai menyiapkan strategi kembali dalam pemilihan umum presiden pada 9 Juli
2014 mendatang. Tujuannya sudah jelas untuk memenangkan pasangan calon tertentu
yang telah diusung partai politik tersebut, melalui manuver-manuver politik dengan
sesamanya untuk menjajaki kemungkinan terbangunnya koalisi partai besar untuk
kemudian memenangkan pemilihan presiden nanti. Partai politik yang telah
berhasil lolos dalam parliamentary
threshold kemudian berlomba-lomba untuk mempromosikan kader terbaiknya
sebagai Capres dan Cawapres periode 2014-2019.
Setelah para capres dan cawapres
telah resmi memproklamirkan diri mereka untuk maju dalam Pilpres mendatang,
tentu visi dan misi ataupun berbagai penawaran politik melalui pandangan dan
gagasan terkait isu tertentu telah disusun dengan apik. Isu tersebut dapat meliputi bagaimana problematika yang
sangat kompleks dan sedang dihadapi oleh bangsa ini. Dapat kita ambil contoh
mulai pada fokus permasalahan ekonomi, politik dan hukum, penegakan hak asasi
manusia (HAM), pendidikan, kesejahteraan
sosial dan budaya, kesehatan, dan lain sebagainya. Bagaimanapun pandangan dan
gagasan melalui berbagai statemen dan pemikiran politiknya, akan mempengaruhi
pola pikir masyarakat dalam menentukan pilihannya. Dan otomatis hal ini juga
akan ikut mewarnai mekanisme demokrasi dalam pengelolaan ruang-ruang
pemerintahan.
~ Selamat menentukan pilihan :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar