Minggu, 06 Juli 2014

Pandangan terhadap Pesta Demokrasi



Menurut saya, tahun ini Indonesia kembali memasuki pesta demokrasi yang dapat dikatakan cukup menegangkan. Betapa tidak, pentas politik yang terjadi telah mewarnai gemerlapnya berbagai tawaran yang diberikan partai politik dalam penyampaian aspirasinya, tentang apa yang akan diberikan kepada bangsa ini khususnya dalam pemberian akses pelayanan publik secara maksimal. Semua partai politik yang berkompetisi di tahun ini, dapat kita cermati semuanya sangat sibuk dengan strategi-strategi apa saja yang akan dilakukan untuk mendapatkan simpati perolehan suara yang banyak dari masyarakat.
Hal ini dapat dilihat pada pemilihan legislatif yang baru saja dilaksanakan pada April lalu, disusul Pemilihan Presiden mendatang 9 Juli 2014. Jika kita mencermati, sesungguhnya telah terjadi transisi elit politik lama beralih ke elit politik baru, dengan kata lain telah terjadi hijrah dari elit politik tertentu. Selain adanya fase transisi elit politik lama beralih ke elit politik baru, tampaknya ada hal menarik lagi yang dapat kita cermati dalam melihat pentas demokrasi di tahun  ini. Pentas demokrasi pada pemilu juga menghadirkan para public figur yang mungkin sudah tidak asing lagi dikenal masyarakat yang kemudian tiba-tiba saja beralih profesi terjun ke dalam ranah politik seperti Tantowi Yahya, Rachel Maryam, dll yang sebelumnya hanya mengenal gemerlapnya dunia “hiburan”.
Tampaknya ini menjadi salah satu strategi yang dilakukan partai politik tertentu dalam melakukan rekrutmen politik yang tidak lain notabennya adalah ingin mendapatkan perolehan suara secara instan, dan agar dapat lolos dalam  parliamentary threshold.  Berangkat dari inilah, muncul skeptis tersendiri dari penulis jangan-jangan partai politik yang ada sekarang ini telah meninggalkan basis ideology yang seharusnya secara konsisten harus dijadikan pondasi, akan tetapi justru berorientasi pada sifat yang sangat pragmatis. Dimana partai politik hanya memikirkan bagaimana dapat berhasil mendongkrak massa/voters dengan jumlah yang sebesar-besarnya. Pragmatis yang saya maksud disini terkait dengan persoalan menang atau kalah.
Sungguh ironis tentunya ketika suatu partai politik dalam pemilihan umum tahun ini harus mengalami transisi yang awalnya ideologis, namun menjadi sangat pragmatis. Padahal salah satu peran utama partai politik sendiri adalah bagaimana ia dapat menjadi basis penyokong utama demokrasi yang kemudian akan melahirkan program-program yang dapat seutuhnya direalisasikan dalam ruang-ruang pemerintahan. Jadi, ketika kegamangan partai politik  hadir dengan sekedar pragmatis, tidak menutup kemudian akan melahirkan apa yang disebut dengan sentimen anti partai yaitu sikap minor warga negara terhadap partai politik.
Beberapa faktor yang dapat dianalisis disini adalah dengan melihat banyaknya kegagalan partai dan para elit politiknya sendiri terkait tentang apa yang seharusnya mereka lakukan, tapi justru jauh dari harapan masyarakat. Banyaknya masalah yang tidak disikapi secara bijak untuk diselesaikan telah membuat partai maupun elit politik melahirkan estimation logis tersendiri bahwa mereka (partai dan elit politik) hanya mengobral janji yang berlebihan dalam memproklamirkan penawaran politik.
Setelah mengetahui hasil final jumlah perolehan suara dalam pemilihan umum legislatif lalu yang dimenangkan PDIP, tampaknya partai politik mulai menyiapkan strategi kembali dalam pemilihan umum presiden pada 9 Juli 2014 mendatang. Tujuannya sudah jelas untuk memenangkan pasangan calon tertentu yang telah diusung partai politik tersebut, melalui manuver-manuver politik dengan sesamanya untuk menjajaki kemungkinan terbangunnya koalisi partai besar untuk kemudian memenangkan pemilihan presiden nanti. Partai politik yang telah berhasil lolos dalam parliamentary threshold kemudian berlomba-lomba untuk mempromosikan kader terbaiknya sebagai Capres dan Cawapres periode 2014-2019.
Setelah para capres dan cawapres telah resmi memproklamirkan diri mereka untuk maju dalam Pilpres mendatang, tentu visi dan misi ataupun berbagai penawaran politik melalui pandangan dan gagasan terkait isu tertentu telah disusun dengan apik. Isu tersebut dapat meliputi bagaimana problematika yang sangat kompleks dan sedang dihadapi oleh bangsa ini. Dapat kita ambil contoh mulai pada fokus permasalahan ekonomi, politik dan hukum, penegakan hak asasi manusia  (HAM), pendidikan, kesejahteraan sosial dan budaya, kesehatan, dan lain sebagainya. Bagaimanapun pandangan dan gagasan melalui berbagai statemen dan pemikiran politiknya, akan mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam menentukan pilihannya. Dan otomatis hal ini juga akan ikut mewarnai mekanisme demokrasi dalam pengelolaan ruang-ruang pemerintahan.
~ Selamat menentukan pilihan :)





Tidak ada komentar: