Sabtu, 31 Agustus 2013

15 Karyawan Pupuk Kaltim Ikuti Pelatihan dan Sertifikasi Forklief



Setelah sukses dengan pelatihan dan sertifikasi boiler kelas I Senin (19/8) hingga Jumat (23/8) lalu, Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Pupuk Kaltim pada Senin (26/8) hingga Kamis (29/8) kemarin kembali menggelar pelatihan dan sertifikasi. Kegiatan kali ini ditujukan untuk sertifikasi sebagai operator forklief. Pelatihan yang digelar di Gedung Diklat Lantai 2 ini diikuti 15 karyawan Pupuk Kaltim yang berasal dari beberapa departemen terkait. Diantaranya Dept. Bengkel, Dept. Pabrik 5, Dept. Pabrik 6, Dept. Rekons, serta Dept. K3.     

Dalam pelatihan ini, para peserta diberi materi terkait peraturan dan perundangan, keselamatan kerja dan pengetahuan dasar forklief, pengukuran kapasitas, berat barang, penggerak mula motor bakar dan hidrolik, perawatan dan pemeriksaan, pedoman pengoperasian forklief, simbul barang pada kemasan, tanggung jawab operator forklief, hingga pada hari terakhir peserta diarahkan untuk melakukan praktek langsung di lapangan.

Pelatihan ditutup secara resmi oleh Sudihardi, Kepala Bagian Pelaksanaan Diklat mewakili Manajemen Pupuk Kaltim. Dalam sambutannya, dia memberikan apresiasi kepada LPK Pupuk Kaltim yang konsisten menggelar pelatihan dan sertifikasi bagi karyawan. “Pelatihan dan sertifikasi yang aktif dilakukan LPK PKT diharapkan dapat bermanfaat dan para peserta dapat memahami semua materi yang telah diberikan,” ujarnya.

Senada, Bambang Gunawan, selaku pengurus LPK Pupuk Kaltim mengatakan, pelatihan dan sertifikasi yang diperuntukkan bagi karyawan Pupuk Kaltim ini diharapkan akan memberi banyak manfaat bagi peserta. Sebab, tidak hanya teori dan praktek yang diperoleh, tetapi adanya sebuah surat ijin operasional yang akan diberikan. “Adanya surat ijin operasional tersebut nantinya menunjukkan bahwa karyawan telah memperoleh ijin dan dapat diakui sebagai operator forklief,” jelas Bambang.

Karena itu, dengan pelatihan yang diinstrukturi oleh instruktur LPK-PKT yang telah memiliki sertifikat dan berkompeten di bidangnya ini, diharapkan akan mampu meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) PKT secara professional. “Pelatihan yang digelar selama 4 hari ini, diharapkan para peserta dapat mengerti bagaimana menjadi operator forklief yang baik dan dapat menjadi pembelajaran bagi peserta sehingga kualitas SDM mereka meningkat,” tutupnya. (Safni)
           

Minggu, 25 Agustus 2013

Giat Mengembangkan SDM, LPK Pupuk Kaltim Gelar Pelatihan dan Sertifikasi Boiler Kelas I



Guna terus mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM), untuk pertama kalinya melalui Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Pupuk Kaltim menggelar pelatihan dan sertifikasi boiler kelas I. Pelatihan yang berlangsung di Gedung Diklat Lantai 2 ini, diselenggarakan Senin (19/8) hingga Jumat (23/8). Dengan menggandeng instruktur LPK-PKT yang telah memiliki sertifikat, acara ini diikuti sekiranya 32 orang.

Di hari pertama pembukaaan, Tatit Surya Arjanggi selaku Kepala Bagian Manajemen Pengetahuan sekaligus mewakili dari Manajemen Pupuk Kaltim, dalam sambutannya mengatakan, tujuan pelatihan ini adalah sebagai syarat untuk mendapatkan surat ijin operasi sebagai operator boiler tingkat I. “Untuk mendapatkan surat ijin operasi sebagai syarat untuk melakukan kerja, maka diharapkan peserta dapat mengikuti pelatihan  dengan fokus dan konsentrasi,” ungkap Tatit.

Lanjutnya, atas kegiatan ini Tatit mengucapkan selamat dan terimakasih kepada LPK-PKT yang telah berkomitmen menjalankan fungsinya dengan baik, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kompetensi karyawan dan instruktur, menghemat biaya pelatihan, serta dapat berfungsi sebagai profit centre untuk menjual jasa pelatihan kepada perusahaan-perusahaan lain disekitar PKT. 

Sementara, Dinas Tenaga Kerja Kota Bontang yang diwakili oleh Amir, dalam kesempatan tersebut juga menuturkan rasa apresiasinya terhadap PKT. Kata dia, dengan adanya LPK-PKT diharapkan dapat membantu memajukan perekonomian Kota Bontang karena memiliki SDM yang telah terlatih dan mumpuni di segala bidang. “Dengan sudah disertifikasinya LPK-PKT semoga dapat memberi kemajuan bagi ekonomi melalui kualitas SDM yang dimiliki,” beber Amir.  

Sudiyono selaku instruktur menuturkan bahwa pelatihan yang digelar 5 hari ini tidak hanya berkutat pada teori saja, tetapi juga terdapat praktek dan ujian. Katanya, Senin hingga Kamis fokus pada penyampaian teori diantaranya adalah; (i) Kebijakan Depnaker, Binawas DBNKK dan Hyperkes; (ii) Undang-undang keselamatan kerja dan peraturan uap 1930; (iii) Jenis-jenis pesawat uap; (iv) Peninjauan konstruksi; (v) Fungsi peralatan; (vi) Perpindahan panas; (vii) Kelistrikan; (viii) System control; (ix) Cara-cara inspeksi; (x) Air pengisi ketel dan bahan bakar.

Pada hari terakhir, untuk melihat dan mengaplikasikan materi yang telah diberikan, peserta kemudian diarahkan melakukan praktik dengan kunjungan langsung di lapangan. Selanjutnya, ditutup dengan ujian tulis untuk mengetahui sejauh mana peserta telah memahami pelatihan yang telah diberikan. “Pelatihan yang diberikan tidak hanya teori, tetapi peserta juga melakukan diskusi dan kunjungan langsung di lapangan, melihat benda-benda yang telah diajarkan, serta ujian,” tegas Sudiyono.

Di lain pihak, Dicky Herdiana salah satu peserta pelatihan mengaku sangat terkesan dengan kegiatan ini. Pasalnya, pelatihan ini baru pertama kalinya ia ikuti dan juga akan mendapatkan sertifikasi. Baginya, tentu hal ini akan menjadi nilai plus tersendiri karena sebelumnya ia belum pernah di boiler, tetapi nantinya sudah dapat memiliki surat ijin operasi. “Pelatihan yang baru pertama kali saya ikuti ini memberikan banyak wawasan tentang boiler. Jadi, dengan pelatihan ini saya tidak akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri saat nantinya ditempatkan di boiler,” jelas Dicky  saat ditemui diakhir acara. (Safni)


Senin, 19 Agustus 2013

Mengintip Makna Kemerdekaan dari Karyawan PT Pupuk Kaltim

*Tulisan artikel Safni yang ini telah pernah dimuat di Portal SDM Pupuk Kaltim.




Sabtu (17/8) kemarin, Indonesia merayakan hari kemerdekaannya. Seluruh penjuru dari sabang hingga merauke, sekiranya turut bersuka cita atas kemerdekaan tersebut dengan cara melakukan upacara, dan mengadakan pesta rakyat dalam bentuk berbagai macam perlombaan. Di perusahaan tempat penulis mengabdi (PT Pupuk Kaltim) Bontang, juga ikut melakukan hal serupa (re: upacara) di depan kantor pusat.

Pesta Rakyat dengan lomba panjat pinang


Sebagai catatan, usia Indonesia yang telah memasuki ke-68 tahun, tentu telah banyak menghadapi terpaan. Di media massa misalnya, banyak memberitakan tentang negara kita yang marak kasus korupsi, terorisme, dan berbagai kasus lainnya. Meskipun demikian, setidaknya kita wajib bersyukur bahwa kita berada di negara yang sudah merdeka. 

Merdeka yang dimaksud, negara kita sejak 17 Agustus 1945 telah diakui sebagai negara yang berdaulat, bebas dari belenggu penjajahan, dan seluruh dunia telah mengakui bahwa negara kita secara hukum "eksis" di peta dunia. 

Namun, dibalik itu semua penulis tak jarang mendengar 'kicauan sentilan sentilun' yang biasanya datang dari para aktivis, para pekerja, mahasiswa, bahkan anak sekolah sekalipun mengatakan, "apa benar negara kita sudah benar-benar ”merdeka”? 

Bagi penulis, pertanyaan demikian adalah hal yang wajar. Negara kita memang sudah merdeka, tapi masih dengan kekurangannya. Sebab, pada realitasnya negara kita tercinta ini sesungguhnya masih dijajah di negerinya sendiri. Buktinya bisa dilihat, negara kita yang katanya begitu kaya atas hasil laut, tetapi  harus  mengimpor ikan tuna yang notabene ditangkap di perairan kita sendiri, dan juga masih mengimpor garam saat panen garam. Negara kita yang juga katanya agraris, tetapi harus mengimpor buah-buahan dari Thailand. Ada lagi beras dan daging sapi yang juga masih diimpor. Tentu saja, saat itu para petani dan peternak lah yang akan selalu menderita oleh tekanan beras dan daging impor. 
Indahnya Perairan Indonesia
Buah-buahan yang enak


Industri Garam di Indonesia
Atas realitas ini, kita harus tetap dapat positive thinking terhadap  para pemangku kebijakan (re: pemerintah). Semua kebijakan yang dilakukannya pasti memiliki analisis dan alasan sendiri, bukan semata mencari ”gampangnya” saja. Kebijakan yang dilakukan itu, walaupun cukup membuat kenyataan pahit bagi sebagian rakyatnya, tetapi sebenarnya pemerintah juga sudah berupaya untuk mencari peluang agar negara kita dapat swasembada pangan. Jika pembaca bertanya bagaimana caranya? Nah, disinilah tugas kita sebagai anak bangsa bagaimana caranya memaknai kemerdekaan, sehingga negara kita dapat semakin maju dan berkembang.

Karena itu, untuk kita sendiri apa sebenarnya makna dari kemerdekaan? Di titik inilah, ketertarikan penulis untuk mencoba menelusuri secara cepat makna kemerdekaan dari beberapa karyawan PT Pupuk Kaltim (PKT). 

Awangga Kurniawan, salah satu staff di instrumen mengatakan, merdeka itu berarti kita sebagai bangsa Indonesia telah diakui keberadaannya. Karena itu, sudah sewajarnya kita memberikan apresiasi kepada pahlawan yang telah gugur di medan perang. Salah satu hal simpel yang bisa dilakukan adalah dengan cara menghadiri upacara. Dan sekarang ini, kita juga harus peduli terhadap kebudayaan Indonesia. Jangan sampai dengan kelengahan yang ada, budaya kita akhirnya diambil lagi hak patennya oleh negara lain. Firdaus Surya Pradana yang juga merupakan rekan kerja Angga mengatakan hal yang senada bahwa merdeka itu bebas dari ikatan bangsa lain, bebas berkarya dan mandiri.

Samian, staff Departemen PKBL menjelaskan bahwa merdeka berarti negara harus bebas dari korupsi, tekanan, ketidakadilan, kesewenang-wenangan, dan nyaman di negara sendiri. Lanjutnya, merdeka itu dimana karyawan dapat bekerja nyaman sesuai dengan profesinya masing-masing, diperlakukan manusiawi, serta bekerja tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga buat kebermanfaatan orang lain.

Di pihak lain beberapa staff dari Harmekal 1 yaitu, Muhammad Wahyu Nugroho, Rifa Derajat, Samjaya, dan Imam Tamtomi, mengungkapkan merdeka itu sama dengan bebas. Bebas dari penjajah, serta bebas dari segala sesuatu yang mengekang. Bisa dari aspek kontak fisik, ekonomi, mindset, dan aspek yang lainnya.

Pendapat lain diungkapkan pula Adrian Pradana Kusuma Putra, staff Departemen Pemasaran yang menguraikan makna merdeka sebagai kebebasan untuk mengembangkan diri sebaik mungkin, sesuai minat dan kompetensi demi mendukung kemajuan perusahaan.

Dari ragam pendapat di atas, benang merah yang dapat kita ambil terkait makna kemerdekaan dari beberapa karyawan PKT bahwasanya merdeka berarti bebas. Kebebasan tersebut dapat dimaknai dalam berbagi sudut pandang. Mulai dari kebebasan untuk memberikan apresiasi positif kepada bangsa walaupun dalam bentuk terkecil sekalipun, menjadi pribadi yang mandiri, berkarya, adanya rasa nyaman untuk melakukan proses aktivitas, serta kebebasan terhadap pola pikir untuk berkreasi demi meningkatkan kompetensi diri. 

Muara dari semua ungkapan di atas tadi, sesungguhnya adalah angin segar yang mampu memberikan harapan positif bagi kemajuan bangsa. Untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang maju, tentu tidak dapat kita rasakan secara instan. Sebab, memang hasil yang maksimal tidak akan pernah bisa kita rasakan secara instan. Jarang ditemukan ada sukses yang instan. Semua harus berproses yang didalamnya ada kesungguhan, demi sebuah pencapaian yang maksimal. Oleh karena itu, dengan memberikan kebermanfaatan meskipun masih pada ruang lingkup kecil seperti di perusahaan tempat kita bekerja, setidaknya kita dapat mendukung kemajuan bangsa.  Jika PKT maju, tentu Indonesia pun juga akan maju.