Minggu, 08 Oktober 2017

Review Film : Pengabdi Setan

Film ini membawa kita pada era tahun 1980. Adegan awal, atmosfer mencekam sudah diperlihatkan dalam adegan keluarga yang memiliki 4 orang anak. Adalah Rini, Tony, Bondi, dan si bungsu Ian memiliki seorang ibu dengan karir nyanyi yang dulunya cukup melejit.

Namun memasuki tahun 1980, karir ibu mulai meredup dan mengidap penyakit parah. Karena itulah, keluarga ini menjadi memiliki masalah dalam ekonomi, bapak sudah tidak bekerja lagi dan rumah mereka pun harus digadai. Hal inilah yang mengharuskan mereka mengungsi ke rumah nenek.

Selama ibu masih hidup yang kebanyakan terbaring di atas ranjang, suasana mencekam telah disuguhkan ke penonton. Selama ibu sakit, Rini sebagai anak sulung  berusia 22 tahun yang kini sibuk bertugas mengurus rumah tangga dengan memasak. Sementara Tony memiliki tugas yang setiap malam sebelum ibu tidur, ia harus menyisir rambut ibu yang tergerai panjang.

Setiap ibu punya kebutuhan, ia akan membunyikan lonceng yang selalu ia pegang untuk memanggil anak-anaknya. Pada akhirnya, ibu pun meninggal dengan misterius.

Pasca kematian Ibu, Bapak berangkat ke kota untuk mencari penghasilan. Meninggalkan Rini, Tony, Bondi, dan Ian di rumah Nenek. Namun apa yang seharusnya anak-anak menunggu Bapak pulang, berubah menjadi mengerikan. Tanpa ada yang nunggu, Ibu mereka yang tadi baru dikubur mendadak pulang. Menebar ketakutan di tengah Rini dan adik-adiknya. Salah satu dari mereka akan diajak ke alam baka.

Setiap malam, berbagai kengerian meneror di rumah itu. Kecemasan Rini mulai terlihat saat harus bertanya ke Hendra sosok anak pak ustad yang tinggal tak jauh dari rumahnya. Rini harus tahu siapa, kenapa, dan apa yang sebenarnya terjadi yang berkaitan dengan masa lalu orangtua mereka.

Pengabdi Setan, memberi kita kesempatan untuk melihat seperti apa Ibu di mata masing-masing anaknya.  Melihatkan pula kepada kita bagaimana bangunan sebuah keimanan kepada Tuhan. Orang yang enggan sholat, begitu mudahnya akan disusupi kekuatan hitam, diganggu hingga bisa mencelakai manusia karena berlindung kepada hal yang salah seperti iblis/setan yang jahannam.

It was very interesting, anak-anak ini justru takut kepada Ibu kandung mereka sendiri. Mereka sayang, peduli, dan ingin Ibu sembuh, namun di saat yang sama saat masih hidup mereka tampak enggan untuk berlama-lama di kamar dengan Ibu berdua saja. Sakit Ibu yang misterius membuat sosoknya menjadi semakin menyeramkan. Bahkan Bondi anak ketiga terang-terangan mengungkapkan ketakutannya.

Film ini memiliki banyak "bumbu" pendukung yang membuat bulu kita merinding. Mulai dari lirik lagu hits yang dinyanyikan sang ibu, rumah di area terpencil, sumur tua yang ada di dalam rumah, lukisan wajah ibu, adanya areal kuburan yang tak begitu jauh dari rumah mereka, hingga efek sound musik yang diberikan dalam setiap adegan benar-benar menggelitik saraf takut sampai sempat membuat saya harus menahan pipis di bioskop. Haha...

Bagi pecinta genre horor, film ini wajib untuk dinikmati. Dan bagi saya, ini film horor terbaik yang pantas berada diperingkat pertama sepanjang tahun 2017, dan patut mendapat acungan jempol. Selamat untuk Joko Anwar beserta seluruh crewnya. Saya senang karena nggak kecewa dan nggak rugi datang jauh-jauh dari Bontang hanya untuk menikmati karya anda.

Salam dari kami pecinta film
-Irma safni dan Ahmad Al-Qadri




Kamis, 27 Juli 2017

#Part-10 Keliling Indonesia : Bumi Arema

Lagi, tugas perusahaan membawaku untuk menjajaki lagi salah satu negeri nan elok Indonesia yakni, Bumi Arema Kota Malang Provinsi Jawa Timur.

Saat ini, aku seperti sedang duduk diantara bola-bola kapas raksasa. Flight sriwijaya air sj 252 seat 3 c, disinilah aku asik menulis. Memang aktivitas inilah yang selalu membantu menghilangkan kebosananku sembari menunggu sekitar 1 jam lebih landing di bandara sultan aji Muhammad sulaiman sepinggan Balikpapan.


Sesekali aku juga sambil asik membuka lembaran demi lembaran majalah Sriwijaya yang update edisi Juli 2017. Majalah ini cukup banyak menyajikan traveller story. Pastinya sangat menghibur karena sejalan dengan jiwa petualang aku untuk mengelilingi Indonesia.


Mengunjungi kota yang belum pernah didatangi bagiku adalah hal yang paling menyenangkan. Udara dingin Kota Malang langsung menerpa wajahku begitu tiba pada Selasa, 18 Juli 2017. Ekspektasiku akan keindahan kota ini cukup tinggi. Tiba disana, aku langsung 'disuguhi' pemandangan taman kota yang tertata rapi. Di tengah jalan raya tampak disusun berbagai jenis bunga dengan warna-warna menarik yang dominan kuning, merah, dan pink.


Dari sisi kemacetan menurutku tidak terlalu memakan waktu lama untuk menunggu. Lagipula sebenarnya padetnya pengunjung karena di Malang lagi ada event besar nasional yang dihadiri 98 kota untuk mengikuti Pameran Indonesia City Expo. Dan, kehadiranku disini mewakili PT Pupuk Kaltim (PKT) Bontang sebagai salah satu peserta dalam event pameran tersebut dengan membawa 2 mitra binaan PKT yang bergerak di bidang kerajinan khas kaltim dan prodak daur ulang sampah.


Kegiatan ini meriah banget karena selain pameran, dirangkai pula dengan rapat kerja nasional oleh pejabat wali kota se Indonesia (Apeksi) yang turut dihadiri Bapak Presiden RI Joko Widodo, pawai budaya yang diikuiti 3600 peserta, dan selama pameran panggung arenanya diisi berbagai penampilan kesenian daerah dari asal daerah masing-masing peserta. Adapun wali kota Bontang Ibu Hj. Neni turut pula hadir disini mengikuti pawai budaya.


Dari pameran ini, alhamdulilah stand PKT banyak diminati pengunjung. Total pendapatan 2 mitra binaan selama 5 hari mencapai sekitar Rp. 15 juta. Selama disana, dengan keterbatasan waktu lumayan ada 3 lokasi yang sempat bisa diexplore diantaranya kampung warna-warni, kebun apel, dan museum angkut. Tempat ini lumayan mudah dijangkau dengan jalanannya yang mulus. Sedikit review dari 3 lokasi wisata tersebut antara lain :

Kampung warna-warni :
Sebuah pemukiman warga yang didesign cukup menarik dengn nuansa cat yang beragam warna. Dinding rumah pun digambar sedemikian rupa sehingga memiliki daya tarik tersendiri untuk melakukan selfie dan wefie. Fasilitas toiletnya bersih dan ada musholla yang cukup nyaman. Jika kita menapaki tangga demi tangga, maka akan tampak diatas rangkaian bunga-bunga plastik yang menawan.

Sebelum masuk perkampungan yang hanya berjarak sekitar 10 menit dari hotel disekitar kota malang ini, kita akan diberi tiket masuk. Nggak usah khawatir mahal, kita cukup mengeluarkan Rp 2 ribu. Tertera dalam tiket itu bahwa biaya yang kita bayar akan diperuntukkan untuk perawatan cat, design gambar dan kebersihan.

Kebun apel dan museum angkut :
Kedua tempat ini cukup berdekatan, jadi langsung bisa sepaket dikunjungi. Jarak tempuh dari Kota Malang sekitar setengah jam. Di kebun apel, tentu kita akan melihat hamparan buah apel yang bertebaran di ranting-ranting pohon yang kerdil. Dari ketiga tempat yang aku kunjungi, kebun apel lah yang membuatku paling berkesan.


Sebab dari jaman bocah sudah kepengen banget ke tempat ini merasakan sensasi memetik apel langsung dari pohonnya dan ditemani oleh pemandu agrowisata. Pemandu akan menjelaskan tentang budidaya tanaman dan hal-hal yang berkaitan tentang buah-buah tersebut. Jangan lupa siapkan duit untuk membayar tiket masuk Rp 30 ribu/org dan kita sudah bisa makan sepuasnya. Dibungkus bisa saja, tapi kita akan membayar sesuai timbangan per kg Rp. 30 ribu.

Museum angkut :
Museum Angkut merupakan museum transportasi yang jaraknya sekitar 20 km dari Kota Malang. Ditempat ini bersebelahan dengan miniatur pasar terapung yang ada di Kota Banjarmasin Kalsel. Tiket masuk mobil Rp 7000, tapi untuk mencoba beberapa wahana akan ditarik biaya lagi seperti naik kapal mengelilingi perairan kecil Rp. 10.000. Untuk masuk ke museum itu sendiri per orang tiketnya Rp. 100.000. Sayangnya aku belum sempat  masuk ke dalam ruangan ini karena terbatasnya waktu. Namun, dari pintu masuk sekilas aku masih bisa melihat isi ruangan di lantai 1 yang penuh dengan jenis angkutan tradisional hingga modern.

Dari info yang aku telusuri, museum ini terbagi dalam beberapa zona yang didekorasi dengan setting lanscape model bangunan dari benua Asia, Eropa hingga Amerika. Di Zona Sunda Kelapa dan Batavia yang merupakan Replika Pelabuhan Sunda Kelapa, dihiasi oleh beberapa alat transportasi kuno seperti becak dan miniatur kapal. Zona Eropa juga di setting seakan-akan berada di jalanan kota-kota Perancis dengan mobil-mobil kuno eropa.

Selain mobil-mobil kuno, salah satu koleksi terbarunya adalah Mobil listrik Tucuxi milik mantan menteri Dahlan Iskan yang sebelumnya pernah mengalami kecelakaan di sebuah lereng gunung di Magetan saat baru diujicobakan.

Kuliner :
Kalau ke Malang katanya wajib banget nyobain bakso yang fenomenal disana namanya bakso president yang sudah ada sejak tahun 90 an. Uniknya lokasi bakso ini berada di pinggir rel kereta api, ada sensasi tersendiri tentunya saat makan kereta api lewat disepanjang rel. Dinamain president dari info yang aku dapat, katanya karena pemiliknya mirip sama alm. President Bpk. Suharto. Rasanya memang oke banget. Nah, selain bakso makanan lainnya seperti seafood juga enak.

Jujur masih merasa kurang puas mengexplore Malang, jadi sepertinya memang harus ada waktu tersendiri kesana diluar dari kerjaan.
Cukup sampai disini dulu ya kawan. Sampai jumpa di cerita selanjutnya.

-Safni
*Di atas pesawat flight sj 252 seat  3 c tgl 24 Juli 2017









Minggu, 16 Juli 2017

Cuap-cuap di tengah Kemacetan

Assalamualaikum...
lama ga bersua ne, apa kabar kalian para bloggers?
Sore ini cuaca syahdu banget, hujan turun dengan derasnya di Kota Samarinda dan saya lagi terjebak di tengah kemacetan menuju Kota Bontang. Semakin syahdu rasanya hati ini sambil diiringi lagu-lagu dari Ungu, Siti Nurhaliza, Raisa, Afgan, dan lain-lain.
Ibukota provinsi Kaltim ini terkenal banget ya dengan banjirnya. Mirip-mirip kasusnya sama Jakarta tapi ini versi mininya. Sudah 2 jam saya disini menunggu mobil bisa luwes jalan terus.

Ini saya dan suami lagi bingung gimana caranya buat ntar sholat maghrib ditengah kemacetan ini. Hikss...
Sambil ngeblog ini, saya asik menikmati beberapa jajanan yang sudah dibeli tadi di Giant. Ada roti2 breadtalk, snack kentang, malkist, dan kacang. Lumayan banget ini bisa ngisi kekosongan perut, tapi minum airnya diminimalisir banget takut mau pipis euy. Hehe...

Sementara si aa' buat ngilangin rasa kesalnya, doi asik sambil ngegames di hpnya sampe ga nyadar ada 1 mobil nyelip kedepan. Uffghh...

Oh iya, saya juga lagi bareng keluarga ne. Mereka posisinya dari tadi sudah pada asik tidur.

Di tengah kemacetan ini, saya juga sambil asik ber sosmed ria. Ternyata, beberapa teman sudah ada yang update status tentang banjir. Yasudahlah mau gimana lagi, dalam keadaan seperti ini cuma bisa pasrah sembari beristigfar agar diberi segera  kelancaran.
Sekitar 10 menit kemudian ntah mengapa mobil makin lincah maju kedepan. Alhamdulilah sepertinya Allah SWT mendengar doa kami. Apalagi niatnya memang mau ngejar tetap bisa sholat maghrib. Alhasil tadi kita bisa sholat di jam 18:55 WITA syukurnya pas langsung ada juga Masjid di depan.

Buat yang sudah biasa ngalamin kemacetan, menunggu di mobil hampir 2 jam lebih nggak jalan2 mungkin udah jadi hal yang biasa kali ya. Beda banget tentunya dengan yang hidup di kota kecil, seperti saya yang tinggal di Kota Bontang nyaris jarang banget yang namanya macet. Jadi wajarlah kalau macet gini, hati gimanaaa gitu rasanya mesti nahan kesabaran extra. Hihi....

Kalau sudah gini ceritanya, lagi-lagi makin bersyukur walaupun hidup di kota kecil tapi setidaknya di Bontang nggak ngerasain macet, jarang banjir, dan kotanya asri banget. Eh btw, ada wacana salah satu kota di Kaltim katanya Balikpapan bakal jadi calon tempat pusat pemerintahan baru. Jika itu benar terealisasi, siap-siap aja imbasnya bisa aja juga sampe ke Samarinda dan Bontang. Sebagai warga negara biasa, saya mah welcome saja mungkin inilah jalan terbaik bagi bangsa ini. Ceilaa.....

Demikian dulu yah, cuap-cuap ria yang berlanjut ditengah kemacetan ini. Mulai ngantuk ne, istirahat dulu di jalan mana besok udah mulai ngantor lagi. Huaaa....



Salam blogger,
Samarinda, 16 Juli 2017