Kamis, 10 Juli 2014

Akhlakul Karimah Dalam Aktualisasi Kehidupan



  Assalamualaikum… 
 
Gimana guyss kabarnya di puasa hari ke-13 ini? Semoga masih diberi kekuatan yah. Amin. Hmmm…tulisan yang coba saya share kali ini sifatnya islami banget. Hehe… Tulisan ini tidak bermaksud untuk berceramah kepada pembaca karena saya pun masih belajar untuk memperdalam wawasan keislaman. Jadi tujuannya tak lain agar kita sama-sama memahami bagaimana sih akhlakul karimah dalam aktualisasi kehidupan.   

Guyss… Rasululah SAW bersabda di dalam hadist riwayat Tirmidzi : “Bertakwalah kamu kepada Allah di mana saja berada.” Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, manusia sudah seharusnya senantiasa bersikap dan berperilaku terpuji terhadap sang khalik yaitu Allah SWT. Sebab Allah SWT Tuhan yang telah menciptakan dan mengaruniakan berbagai kenikmatan kepada seluruh manusia. Seseorang dianggap bersikap dan berperilaku terpuji terhadap Allah SWT apabila ia senantiasa bertakwa kepada-Nya, di mana pun dan kapan pun dia berada. 

Seorang muslim dan muslimah yang senantiasa bertakwa kepada Allah SWT, tentu akan memperoleh banyak hikmah. Misalnya mendapatkan kemudahan-kemudahan,  disenangi banyak orang, memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat, meraih rahmat serta rida Allah SWT dan berkedudukan mulia di sisi-Nya. Dalam hal ini Allah SWT telah berfirman di dalam Q.S Al-Hujurat, 49: 13 yang artinya : “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.”
 
Oleh karena itu, untuk mendapatkan semua kenikmatan dari Allah SWT tidak hanya di dunia ini, tetapi juga di akhirat nanti tentunya aktualisasi manusia dalam menjalani kehidupannya sebagai makhluk yang diciptakan oleh-Nya harus mengamalkan suatu konsep akhlak-akhlak mulia, yang di dalam islam lebih di kenal pula sebagai konsep akhlakul karimah. Di dalam ajaran Islam etika sering di sebut dengan akhlakhul karimah, akhlak ini yang memang sudah seharusnya dimiliki oleh setiap umat muslim, untuk meningkatkan kwalitas keimanan serta ketakwaannya kepada Allah SWT. 
Menurut Imam Gazali,[1] akhlak adalah keadaan yang bersifat batin dimana dari sana lahir perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan tanpa dihitung resikonya (al khuluqu haiatun rasikhotun tashduru 'anha al afal bi suhulatin wa yusrin min ghoiri hqjatin act_ fikrin wa ruwiyyatin). Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, akhlak didefinisikan sebagai suatu bentuk budi pekerti atau kelakuan. Kata akhlak di dalam buku Pendidikan Agama Islam yang di susun oleh tim Dosen pendidikan agama islam Universitas Gadjah Mada, akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk artinya tingkah laku, peringai, tabiat. 

Selanjutnya dijelaskan bahwa menurut istilah akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi. Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Apabila perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama maka tindakan tersebut disebut akhlak yang baik atau akhlakul karimah. Akhlakul karimah atau akhlak yang mulia adalah akhlak yang bersumber pada wahyu Illahi  (Al Qur’an).

Dalam realita kehidupan yang dijalani oleh manusia konsep akhlakul karimah akan terkait bagaimana konsep tersebut diterapkan terhadap diri sendiri dan bagaimana konsep akhlakul karimah diterapkan di lingkungan. Sifat akhlakul karimah terhadap diri sendiri sebagai contoh adalah kegigihan. Setiap muslim dan muslimah yang baik seyogyanya memiliki sifat gigih. Sifat gigih hendaknya diterapkan antara lain pada persoalan-persoalan yang dapat dilakukan antara lain dengan menuntut ilmu pengetahuan, bekerja mencari rezeki yang halal, berinisiatif, rela berkorban dan ikhlas.
 
Untuk dapat melakukan semua hal tersebut, bukanlah hal yang mudah untuk kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga hal yang terpenting untuk dimiliki oleh setiap manusia adalah bekal keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada Allah SWT. Sebab dalam realitanya manusia akan selalu berhadapan dengan bujukan-bujukan setan sebagai musuh manusia yang senantiasa ingin menjerumuskan anak cucu Adam ke dalam jurang api neraka. Di mana setan-setan tersebut banyak menggunakan berbagai cara dan instrumen. Bahkan cara-cara yang berbau agama, berbau peradaban yang bernuansa sesuatu kebajikan sekalipun. 

Akan tetapi Allah SWT telah memberikan kepada hambanya jalan-jalan ilahi untuk melawan berbagai bujukan setan. Sehingga salah satu kunci utama untuk membentengi diri manusia dalam melakukan perlawanan adalah dengan gerak langkah strategi spiritual. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam quran surat al-Baqarah: 208 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam (sistem) Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (Irma Safni)

Tidak ada komentar: