Assalamualaikum…
Gimana guyss kabarnya di puasa hari
ke-13 ini? Semoga masih diberi kekuatan yah. Amin. Hmmm…tulisan yang coba saya share kali ini sifatnya islami banget.
Hehe… Tulisan ini tidak bermaksud untuk berceramah kepada pembaca karena saya pun masih belajar untuk memperdalam wawasan keislaman. Jadi tujuannya
tak lain agar kita sama-sama memahami bagaimana sih akhlakul karimah dalam
aktualisasi kehidupan.
Guyss… Rasululah SAW bersabda di dalam hadist riwayat Tirmidzi : “Bertakwalah
kamu kepada Allah di mana saja berada.” Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT,
manusia sudah seharusnya senantiasa bersikap dan berperilaku terpuji terhadap
sang khalik yaitu Allah SWT. Sebab Allah SWT Tuhan yang telah menciptakan dan
mengaruniakan berbagai kenikmatan kepada seluruh manusia. Seseorang dianggap
bersikap dan berperilaku terpuji terhadap Allah SWT apabila ia senantiasa
bertakwa kepada-Nya, di mana pun dan kapan pun dia berada.
Seorang muslim dan muslimah yang
senantiasa bertakwa kepada Allah SWT, tentu akan memperoleh banyak hikmah. Misalnya mendapatkan kemudahan-kemudahan, disenangi banyak orang, memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat, meraih rahmat serta rida Allah SWT dan
berkedudukan mulia di sisi-Nya. Dalam hal ini Allah SWT telah berfirman di
dalam Q.S Al-Hujurat, 49: 13 yang artinya : “Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara
kamu.”
Oleh karena itu, untuk
mendapatkan semua kenikmatan dari Allah SWT tidak hanya di dunia ini, tetapi
juga di akhirat nanti tentunya aktualisasi manusia dalam menjalani kehidupannya
sebagai makhluk yang diciptakan oleh-Nya harus mengamalkan suatu konsep
akhlak-akhlak mulia, yang di dalam islam lebih di kenal pula sebagai konsep
akhlakul karimah. Di dalam ajaran Islam etika
sering di sebut dengan akhlakhul karimah,
akhlak ini yang memang sudah
seharusnya dimiliki oleh setiap umat muslim, untuk meningkatkan
kwalitas keimanan serta ketakwaannya kepada
Allah SWT.
Menurut Imam
Gazali,[1]
akhlak adalah keadaan yang bersifat batin dimana dari sana lahir perbuatan
dengan mudah tanpa dipikir dan tanpa dihitung resikonya (al khuluqu haiatun
rasikhotun tashduru 'anha al afal bi suhulatin wa yusrin min ghoiri hqjatin
act_ fikrin wa ruwiyyatin). Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, akhlak didefinisikan sebagai suatu bentuk budi pekerti
atau kelakuan. Kata akhlak di dalam
buku Pendidikan Agama Islam yang di susun oleh tim Dosen pendidikan agama islam
Universitas Gadjah Mada, akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk artinya
tingkah laku, peringai, tabiat.
Selanjutnya dijelaskan bahwa menurut
istilah akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah
dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi. Dengan demikian akhlak pada
dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan
diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Apabila perbuatan spontan itu
baik menurut akal dan agama maka tindakan tersebut disebut akhlak yang baik
atau akhlakul karimah. Akhlakul karimah atau akhlak
yang mulia adalah akhlak yang bersumber pada wahyu Illahi (Al Qur’an).
Dalam realita kehidupan yang
dijalani oleh manusia konsep akhlakul karimah akan terkait bagaimana konsep
tersebut diterapkan terhadap diri sendiri dan bagaimana konsep akhlakul karimah
diterapkan di lingkungan. Sifat akhlakul karimah terhadap diri sendiri sebagai
contoh adalah kegigihan. Setiap muslim dan muslimah yang baik seyogyanya
memiliki sifat gigih. Sifat gigih hendaknya diterapkan antara lain pada
persoalan-persoalan yang dapat dilakukan antara lain dengan menuntut ilmu
pengetahuan, bekerja mencari rezeki yang halal, berinisiatif, rela berkorban
dan ikhlas.
Untuk dapat
melakukan semua hal tersebut, bukanlah hal yang mudah untuk kita aplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga hal yang terpenting untuk dimiliki oleh
setiap manusia adalah bekal keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada Allah SWT. Sebab dalam realitanya
manusia akan selalu berhadapan dengan bujukan-bujukan setan sebagai musuh
manusia yang senantiasa ingin menjerumuskan anak cucu Adam ke dalam jurang api
neraka. Di mana setan-setan tersebut banyak menggunakan berbagai cara dan instrumen. Bahkan cara-cara yang
berbau agama, berbau peradaban yang bernuansa sesuatu kebajikan sekalipun.
Akan tetapi Allah SWT telah memberikan
kepada hambanya jalan-jalan ilahi untuk melawan berbagai bujukan setan.
Sehingga salah satu kunci utama untuk membentengi diri manusia dalam melakukan
perlawanan adalah dengan gerak langkah strategi spiritual. Sebagaimana firman
Allah SWT di dalam quran surat al-Baqarah: 208 yang artinya “Hai orang-orang
yang beriman, masuklah kamu ke dalam (sistem) Islam secara keseluruhan, dan
janganlah kamu turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang
nyata bagimu.” (Irma Safni)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar