Guyss tulisan kali ini, saya akan mengiring pembaca sekalian untuk mengenal yang namanya ORMAS (Organisasi Masyarakat) sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Yukss mari disimak.
01.
Sarikat Islam (SI)
Sarikat Islam didirikan pada
tahun 1911 di kota Solo oleh seorang pengusaha Saudara pedagang batik yang
besar yaitu Kyai Haji Samanhudi. Sarekat Islam (SI) adalah sebuah organisasi perdagangan berlandaskan hukum Islam. SI juga merupakan organisasi kebangsaan yang pertama di Indonesia hadir pertama kali sebagai
gabungan pedagang pribumi beragama Islam yang melawan dominasi dagang
keturunan Cina dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI). Karena keadaan
politik dan sosial mendukung SI menjadi organisasi yang tampil di perpolitikan,
maka SDI berubah nama menjadi SI atau Sarekat Islam. Beberapa sejarawan
menganggap hari kelahiran SI pantas dijadikan tolak ukur awal pergerakan
Indonesia.
Ketika Sarekat Dagang Islam (SDI) berubah menjadi Sarekat Islam hal itu berdampak pada
semakin bertambahnya jumlah anggota Sarekat Islam. Perkembangan tersebut
menjadikan Sarekat Islam sebagai organisasi politik yang menonjol karena
mengalami perkembangan yang cepat dan dinamis.Kecepatan tumbuhnya bagaikan
meteor dan dapat meluas secara horizontal. Sarekat Islam juga berhasil menjadi
organisasi massa yang pertama di Indonesia yang pada tahun 1917-1926 sangat
keras pengaruhnya di dalam politik Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda merasa
khawatir terhadap perkembangan Sarekat Islam yang sangat pesat dan mampu
memobilisasi massa.
Apakah tindakan yang diambil pemerintah kolonial Belanda?
Gubernur Jenderal Idenburg pemimpin tertinggi pemerintah Belanda pada waktu itu
melihat bahwa jika ia melarang organisasi Sarekat Islam mungkin akan timbul
gerakan-gerakan yang menentang dari masyarakat. Namun,jika ia membiarkan
organisasi itu maka ia mungkin juga akan dipersalahkan. Gubernur Jenderal
Idenburg berusaha membatasi perkembangan Sarekat Islam dengan cara memberikan
badan hukum kepada cabang-cabang Sarekat Islam. Sedangkan badan hukum untuk
Central Sarekat Islam baru akan diberikan kemudian. Dengan begitu hanya cabang
lokal yang diakui secara resmi oleh Pemerintah Belanda.
Tujuan
SI sendiri adalah mencapai
kemajuan rakyat yang nyata dengan jalan persaudaraan, persahabatan dan
tolong-menolong diantara muslim. Di dalam Akte
Notaris yang memuat statuen dari perkumpulan Sarekat Islam pada tanggal 10 September 1912 telah
ditetapkan pula tujuan dari perkumpulan tersebut pada saat itu semuanya
dijelaskan dalam bahasa Belanda, kemudian di dalam bukunya Drs. Susanto yang
berjudul Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia diterjemahkannya Tujuan Sarekat
Islam yaitu :
-
Memajukan
Perdagangan. Jadi tujuan itu tetap dipertahankan
-
Memberikan
pertolongan kepada anggota-anggota yang mengalami kesukaran.Jadi semacam
kooperasi bantu membantu.
-
Memajukan
kepentingan rochani dan jasmani dari penduduk Asli. Di sisni ternyata bahwa
tujuan tidak hanya terbatas kepada anggota saja, tetapi perkumpulan meluas
kepada masyarakat, ialah kepentinagn penduduk asli.
-
Memajukan
kehidupan agama Islam.
02. Partai Nasional
Indonesia (PNI)
Partai
Nasional Indonesia (PNI) adalah
partai politik tertua di Indonesia yang didirikan pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung dengan nama Perserikatan Nasional Indonesia oleh para tokoh nasional seperti
Ir.Soekarno,
Dr. Tjipto
Mangunkusumo, Mr. Sartono, Mr Iskaq Tjokrohadisuryo, Dr. Samsi, Ir.
Anwari, Mr.Budiarto, dan Mr Sunaryo.
PNI adalah contoh organisasi pada
zaman pergerakan nasional yang menggunakan paham nasionalisme sebagai
ideologinya. Berdasarkan ideologi nasionalisme tersebut PNI memiliki strategi
dalam perjuangannya diantaranya adalah menekankan pada persatuan, melakukan
propaganda, mengadakan kursus-kursus (kursus pimpinan) dan diskusi kelompok,
menerapkan filsafat Marhaenisme, mendirikan Permufakatan
Perhimpunan-Perhimpunan Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Sedangkan tujuan dari PNI sendiri
adalah untuk mencapai Indonesia merdeka dengan azas dari perkumpulan ini adalah
pertama selfhelp yang mengandung pengertian
prinsip untuk menolong diri sendiri, kedua non kooperasi, dan ketiga
azas marhaenisme. Ketiga azas tersebut kemudian dijadikan sebagai prinsip dari
PNI.
PNI merupakan sebuah organisasi politik yang berkembang
dengan pesat. Perkembangannya tersebut ditunjang oleh dua tindakan PNI
diantaranya adalah ke dalam organisasi PNI mengadakan usaha-usaha seperti
mengadakan kursus-kursus, mendirikan sekolah-sekolah, dan bank-bank. Sedangkan ke
luar organisasi PNI memperkuat publik opini terhadap tujuan PNI melalui
rapat-rapat umum dan menerbitkan surat kabar yang bernama “Banteng Priangan”
dan “Persatoean Indonesia”.
Kegiatan-kegiatan PNI tersebut ternyata dengan mudah
dapat menarik perhatian massa. Di mana tentunya pemerintah kolonial Belanda
mencemaskan hal tersebut bahkan mulai khawatir terhadap kemajuan-kemajuan PNI.
Pada tanggal 9 Juli 1929 pemerintah Belanda menyatakan kecurigaannya secara
terus terang kepada PNI dan pada tanggal 6 Agustus 1929 ditindaklanjuti dengan
mengeluarkan ancaman.
Kecemasan pemerintah Belanda bertambah dengan adanya
laporan bahwa tentara dan polisi juga terpengaruh oleh propaganda PNI. Tidak
cukup sampai disitu di kalangan rakyat juga terdengar kabar bahwasanya PNI akan
mengadakan pemberontakan pada tahun 1930 oleh sebab itu pemerintah Belanda
segera dengan cepat melakukan reaksi dengan penangkapan dan penggeledahan di
mana-mana. Sehingga pada tanggal 29 Desember 1929 Ir.Soekarno sebagai ketua
dari PNI, Markun Sumadireja, R. Gatot Mangkupraja serta Supriadinata tertangkap
di Yogyakarta yang selanjutnya dipindahkan ke Bandung.
Selanjutnya Keempat tokoh PNI tersebut diajukan ke depan
pengadilan kolonial pada tanggal 18 Agustus 1930 sampai 29 September 1930 yang
beralokasi di Bandung. Pembelaan mereka dibacakan oleh Ir.Soekarno dalam
pidatonya yang sangat terkenal “Indonesia Menggugat”. Selanjutnya memasuki
tanggal 22 Desember 1930 akhirnya keempat tokoh PNI tersebut menerima hukuman
penjara.
Penangkapan terhadap para pemimpin PNI berakibat pada
perkembangan PNI. Sehingga pada tanggal 25 April 1931 Kongres Luar Biasa II PNI
di Jakarta mengambil keputusan untuk membubarkan PNI. Dengan alasan karena
keadaan memaksa dengan berdampak pada pendukung-pendukung PNI mengalami perpecahan.
Di satu pihak Mr.Sartono mendirikan partai Indonesia (Partindo) dan di pihak
lain Sutan Syahrir dan Drs.Muh Hatta mendirikan partai PNI-Baru. Namun dalam
perjalanan sejarahnya organisasi tersebut mengalami banyak hambatan dalam
mengembangkan organisasinya.
03.
Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan
oleh K.H. Ahmad
Dahlan di Yogyakarta tepatnya di Kampung Kauman pada
tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912. Muhammadiyah
adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia.
Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad
SAW. Dasar-dasar organisasi Muhammadiyah
adalah menegakkan agama Islam dengan pedoman Alquran dan hadis. Di mana tujuan
yang hendak dicapai Muhammadiyah adalah memajukan pengajaran berdasarkan agama,
pengertian ilmu agama, dan hidup menurut peraturan agama yang lurus. Cara-cara
untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan mendirikan, memelihara, menyokong
rumah-rumah sekolah berdasarkan agama Islam, dan mendirikan serta memelihara
masjid dan musala.
Muhammadiyah merupakan organisasi keagamaan yang bergerak
di luar politik. Walau begitu Muhammadiyah selamanya tidak pernah menentang
politik. Para pengikut Muhammadiyah diperbolehkan masuk dalam perkumpulan
politik. Bidang gerak Muhammadiyah yaitu di lapangan Sosial, pendidikan, dan
keagamaan. Kegiatan Muhammadiyah antara lain mendirikan rumah-rumah sekolah,
memberikan kursus-kursus agama, serta mendirikan poliklinik dan perumahan anak
yatim piatu. Muhammadiyah memerhatikan pengajaran moderen. Pengajaran moderen
tidak hanya dilakukan untuk laki-laki saja,namun juga untuk wanita. Dalam
perkembangannya Muhammadiyah mempunyai bagian tersendiri untuk wanita dan
kepanduan.
Dalam
pembentukannya, Muhammadiayah banyak merefleksikan kepada perintah-perintah Al Quran,
diantaranya surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi: Dan hendaklah
ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung. Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung
isyarat untuk bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam secara
teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung penegasan tentang hidup
berorganisasi. Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi,
yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya.[1]
Muhammadiyah yang merupakan organisasi massa keagamaan
yang besar sesudah didirikan oleh KH.Ahmad Dahlan ormas ini segera menarik
simpati rakyat banyak yang tidak hanya terbatas di kota itu saja tetapi juga
dalam lingkup nasional. Organisasi yang pada awalnya merupakan gerakan sosial
keagamaan ini akhirnya terjun ke lapangan politik yaitu dengan menjadi anggota
istimewa Masyumi, salah satu parpol besar era Demokrasi Parlementer (1946-59).
Dalam perjalanan selanjutnya organisasi ini masih menjalankan peran yang cukup
berarti di tengah masyarakat.[2] Sebagai
dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit,
panti asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia. (Irma Safni)
Bahan Bacaan :
-
Sejarah Pergerakan
Nasional Indonesia pengarang Drs. Susanto Tirtoprodjo.
-
Gerak Politik
Muhammadiyah dalam Masyumi pengarang Syaifullah.
-
Buku Sejarah
pengarang Nur Siwi Ismawaty, S.S. dkk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar