Senin, 19 Agustus 2013

Mengintip Makna Kemerdekaan dari Karyawan PT Pupuk Kaltim

*Tulisan artikel Safni yang ini telah pernah dimuat di Portal SDM Pupuk Kaltim.




Sabtu (17/8) kemarin, Indonesia merayakan hari kemerdekaannya. Seluruh penjuru dari sabang hingga merauke, sekiranya turut bersuka cita atas kemerdekaan tersebut dengan cara melakukan upacara, dan mengadakan pesta rakyat dalam bentuk berbagai macam perlombaan. Di perusahaan tempat penulis mengabdi (PT Pupuk Kaltim) Bontang, juga ikut melakukan hal serupa (re: upacara) di depan kantor pusat.

Pesta Rakyat dengan lomba panjat pinang


Sebagai catatan, usia Indonesia yang telah memasuki ke-68 tahun, tentu telah banyak menghadapi terpaan. Di media massa misalnya, banyak memberitakan tentang negara kita yang marak kasus korupsi, terorisme, dan berbagai kasus lainnya. Meskipun demikian, setidaknya kita wajib bersyukur bahwa kita berada di negara yang sudah merdeka. 

Merdeka yang dimaksud, negara kita sejak 17 Agustus 1945 telah diakui sebagai negara yang berdaulat, bebas dari belenggu penjajahan, dan seluruh dunia telah mengakui bahwa negara kita secara hukum "eksis" di peta dunia. 

Namun, dibalik itu semua penulis tak jarang mendengar 'kicauan sentilan sentilun' yang biasanya datang dari para aktivis, para pekerja, mahasiswa, bahkan anak sekolah sekalipun mengatakan, "apa benar negara kita sudah benar-benar ”merdeka”? 

Bagi penulis, pertanyaan demikian adalah hal yang wajar. Negara kita memang sudah merdeka, tapi masih dengan kekurangannya. Sebab, pada realitasnya negara kita tercinta ini sesungguhnya masih dijajah di negerinya sendiri. Buktinya bisa dilihat, negara kita yang katanya begitu kaya atas hasil laut, tetapi  harus  mengimpor ikan tuna yang notabene ditangkap di perairan kita sendiri, dan juga masih mengimpor garam saat panen garam. Negara kita yang juga katanya agraris, tetapi harus mengimpor buah-buahan dari Thailand. Ada lagi beras dan daging sapi yang juga masih diimpor. Tentu saja, saat itu para petani dan peternak lah yang akan selalu menderita oleh tekanan beras dan daging impor. 
Indahnya Perairan Indonesia
Buah-buahan yang enak


Industri Garam di Indonesia
Atas realitas ini, kita harus tetap dapat positive thinking terhadap  para pemangku kebijakan (re: pemerintah). Semua kebijakan yang dilakukannya pasti memiliki analisis dan alasan sendiri, bukan semata mencari ”gampangnya” saja. Kebijakan yang dilakukan itu, walaupun cukup membuat kenyataan pahit bagi sebagian rakyatnya, tetapi sebenarnya pemerintah juga sudah berupaya untuk mencari peluang agar negara kita dapat swasembada pangan. Jika pembaca bertanya bagaimana caranya? Nah, disinilah tugas kita sebagai anak bangsa bagaimana caranya memaknai kemerdekaan, sehingga negara kita dapat semakin maju dan berkembang.

Karena itu, untuk kita sendiri apa sebenarnya makna dari kemerdekaan? Di titik inilah, ketertarikan penulis untuk mencoba menelusuri secara cepat makna kemerdekaan dari beberapa karyawan PT Pupuk Kaltim (PKT). 

Awangga Kurniawan, salah satu staff di instrumen mengatakan, merdeka itu berarti kita sebagai bangsa Indonesia telah diakui keberadaannya. Karena itu, sudah sewajarnya kita memberikan apresiasi kepada pahlawan yang telah gugur di medan perang. Salah satu hal simpel yang bisa dilakukan adalah dengan cara menghadiri upacara. Dan sekarang ini, kita juga harus peduli terhadap kebudayaan Indonesia. Jangan sampai dengan kelengahan yang ada, budaya kita akhirnya diambil lagi hak patennya oleh negara lain. Firdaus Surya Pradana yang juga merupakan rekan kerja Angga mengatakan hal yang senada bahwa merdeka itu bebas dari ikatan bangsa lain, bebas berkarya dan mandiri.

Samian, staff Departemen PKBL menjelaskan bahwa merdeka berarti negara harus bebas dari korupsi, tekanan, ketidakadilan, kesewenang-wenangan, dan nyaman di negara sendiri. Lanjutnya, merdeka itu dimana karyawan dapat bekerja nyaman sesuai dengan profesinya masing-masing, diperlakukan manusiawi, serta bekerja tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga buat kebermanfaatan orang lain.

Di pihak lain beberapa staff dari Harmekal 1 yaitu, Muhammad Wahyu Nugroho, Rifa Derajat, Samjaya, dan Imam Tamtomi, mengungkapkan merdeka itu sama dengan bebas. Bebas dari penjajah, serta bebas dari segala sesuatu yang mengekang. Bisa dari aspek kontak fisik, ekonomi, mindset, dan aspek yang lainnya.

Pendapat lain diungkapkan pula Adrian Pradana Kusuma Putra, staff Departemen Pemasaran yang menguraikan makna merdeka sebagai kebebasan untuk mengembangkan diri sebaik mungkin, sesuai minat dan kompetensi demi mendukung kemajuan perusahaan.

Dari ragam pendapat di atas, benang merah yang dapat kita ambil terkait makna kemerdekaan dari beberapa karyawan PKT bahwasanya merdeka berarti bebas. Kebebasan tersebut dapat dimaknai dalam berbagi sudut pandang. Mulai dari kebebasan untuk memberikan apresiasi positif kepada bangsa walaupun dalam bentuk terkecil sekalipun, menjadi pribadi yang mandiri, berkarya, adanya rasa nyaman untuk melakukan proses aktivitas, serta kebebasan terhadap pola pikir untuk berkreasi demi meningkatkan kompetensi diri. 

Muara dari semua ungkapan di atas tadi, sesungguhnya adalah angin segar yang mampu memberikan harapan positif bagi kemajuan bangsa. Untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang maju, tentu tidak dapat kita rasakan secara instan. Sebab, memang hasil yang maksimal tidak akan pernah bisa kita rasakan secara instan. Jarang ditemukan ada sukses yang instan. Semua harus berproses yang didalamnya ada kesungguhan, demi sebuah pencapaian yang maksimal. Oleh karena itu, dengan memberikan kebermanfaatan meskipun masih pada ruang lingkup kecil seperti di perusahaan tempat kita bekerja, setidaknya kita dapat mendukung kemajuan bangsa.  Jika PKT maju, tentu Indonesia pun juga akan maju.






Tidak ada komentar: