*Tulisan artikel Safni yang ini telah pernah dimuat di Portal SDM Pupuk Kaltim.
Sabtu (17/8) kemarin, Indonesia
merayakan hari kemerdekaannya. Seluruh penjuru dari sabang hingga merauke,
sekiranya turut bersuka cita atas kemerdekaan tersebut dengan cara melakukan
upacara, dan mengadakan pesta rakyat dalam bentuk berbagai macam perlombaan. Di
perusahaan tempat penulis mengabdi (PT Pupuk Kaltim) Bontang, juga ikut
melakukan hal serupa (re: upacara) di depan kantor pusat.
Pesta Rakyat dengan lomba panjat pinang |
Sebagai catatan, usia Indonesia
yang telah memasuki ke-68 tahun, tentu telah banyak menghadapi terpaan. Di
media massa misalnya, banyak memberitakan tentang negara kita yang marak kasus
korupsi, terorisme, dan berbagai kasus lainnya. Meskipun demikian, setidaknya
kita wajib bersyukur bahwa kita berada di negara yang sudah merdeka.
Merdeka yang dimaksud, negara
kita sejak 17 Agustus 1945 telah diakui sebagai negara yang berdaulat, bebas
dari belenggu penjajahan, dan seluruh dunia telah mengakui bahwa negara kita
secara hukum "eksis" di peta dunia.
Namun, dibalik itu semua penulis
tak jarang mendengar 'kicauan sentilan sentilun' yang biasanya datang dari para
aktivis, para pekerja, mahasiswa, bahkan anak sekolah sekalipun mengatakan,
"apa benar negara kita sudah benar-benar ”merdeka”?
Bagi penulis, pertanyaan
demikian adalah hal yang wajar. Negara kita memang sudah merdeka, tapi masih
dengan kekurangannya. Sebab, pada realitasnya negara kita tercinta ini
sesungguhnya masih dijajah di negerinya sendiri. Buktinya bisa dilihat, negara
kita yang katanya begitu kaya atas hasil laut, tetapi harus
mengimpor ikan tuna yang notabene ditangkap di perairan kita sendiri, dan juga
masih mengimpor garam saat panen garam. Negara kita yang juga katanya agraris,
tetapi harus mengimpor buah-buahan dari Thailand. Ada lagi beras dan daging
sapi yang juga masih diimpor. Tentu saja, saat itu para petani dan peternak lah yang akan selalu menderita
oleh tekanan beras dan daging impor.
Indahnya Perairan Indonesia |
Buah-buahan yang enak |
Industri Garam di Indonesia |
Atas realitas ini, kita harus tetap dapat positive thinking
terhadap para pemangku kebijakan (re: pemerintah). Semua kebijakan
yang dilakukannya pasti memiliki analisis dan alasan sendiri, bukan semata
mencari ”gampangnya” saja. Kebijakan yang dilakukan itu, walaupun cukup membuat
kenyataan pahit bagi sebagian rakyatnya,
tetapi sebenarnya pemerintah juga sudah berupaya untuk mencari peluang agar
negara kita dapat swasembada pangan. Jika pembaca bertanya bagaimana caranya?
Nah, disinilah tugas kita sebagai anak bangsa bagaimana caranya memaknai
kemerdekaan, sehingga negara kita dapat semakin maju dan berkembang.
Karena itu, untuk kita sendiri
apa sebenarnya makna dari kemerdekaan? Di titik inilah, ketertarikan penulis
untuk mencoba menelusuri secara cepat makna kemerdekaan dari beberapa karyawan
PT Pupuk Kaltim (PKT).
Awangga Kurniawan, salah satu staff
di instrumen mengatakan, merdeka itu berarti kita sebagai bangsa Indonesia
telah diakui keberadaannya. Karena itu, sudah sewajarnya kita memberikan
apresiasi kepada pahlawan yang telah gugur di medan perang. Salah satu hal
simpel yang bisa dilakukan adalah dengan cara menghadiri upacara. Dan sekarang
ini, kita juga harus peduli terhadap kebudayaan Indonesia. Jangan sampai dengan
kelengahan yang ada, budaya kita akhirnya diambil lagi hak patennya oleh negara
lain. Firdaus Surya Pradana yang juga merupakan rekan kerja Angga mengatakan
hal yang senada bahwa merdeka itu bebas dari ikatan bangsa lain, bebas berkarya
dan mandiri.
Samian, staff Departemen PKBL menjelaskan
bahwa merdeka berarti negara harus bebas dari korupsi, tekanan, ketidakadilan,
kesewenang-wenangan, dan nyaman di negara sendiri. Lanjutnya, merdeka itu
dimana karyawan dapat bekerja nyaman sesuai dengan profesinya masing-masing,
diperlakukan manusiawi, serta bekerja tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga
buat kebermanfaatan orang lain.
Di pihak lain beberapa staff
dari Harmekal 1 yaitu, Muhammad Wahyu Nugroho, Rifa Derajat, Samjaya, dan Imam
Tamtomi, mengungkapkan merdeka itu sama dengan bebas. Bebas dari penjajah,
serta bebas dari segala sesuatu yang mengekang. Bisa dari aspek kontak fisik,
ekonomi, mindset, dan aspek yang
lainnya.
Pendapat lain diungkapkan pula
Adrian Pradana Kusuma Putra, staff Departemen Pemasaran yang menguraikan makna
merdeka sebagai kebebasan untuk mengembangkan diri sebaik mungkin, sesuai minat
dan kompetensi demi mendukung kemajuan perusahaan.
Dari ragam pendapat di atas, benang merah yang dapat kita ambil terkait
makna kemerdekaan dari beberapa karyawan PKT bahwasanya merdeka berarti bebas.
Kebebasan tersebut dapat dimaknai dalam berbagi sudut pandang. Mulai dari
kebebasan untuk memberikan apresiasi positif kepada bangsa walaupun dalam
bentuk terkecil sekalipun, menjadi pribadi yang mandiri, berkarya, adanya rasa
nyaman untuk melakukan proses aktivitas, serta kebebasan terhadap pola pikir
untuk berkreasi demi meningkatkan kompetensi diri.
Muara dari semua ungkapan di
atas tadi, sesungguhnya adalah angin
segar yang mampu memberikan harapan positif bagi kemajuan bangsa. Untuk
menjadikan Indonesia sebagai negara yang maju, tentu tidak dapat kita rasakan
secara instan. Sebab, memang hasil yang maksimal tidak akan pernah bisa kita
rasakan secara instan. Jarang ditemukan ada sukses yang instan. Semua harus
berproses yang didalamnya ada kesungguhan, demi sebuah pencapaian yang maksimal.
Oleh karena itu, dengan memberikan kebermanfaatan meskipun masih pada ruang
lingkup kecil seperti di perusahaan tempat kita bekerja, setidaknya kita dapat
mendukung kemajuan bangsa. Jika PKT
maju, tentu Indonesia pun juga akan maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar