Rabu, 25 September 2013

Tentang Kapan Ajal Kematian akan Datang?

 
Saya meyakini bahwa tiada satu orang pun yang dapat mengetahui tentang kapan ajal kematian mereka akan datang untuk menghadap kembali kepada-Nya. Sungguh hanya Dialah Sang Maha Kuasa, kematian seseorang ditentukan dalam genggaman tangan-Nya. Yaa...hanya dengan kata "Kun (jadilah), Fayakun (maka jadilah)!!!" Tuhan kemudian dapat menghendaki segala sesuatunya untuk terjadi, termasuk untuk menarik nyawa manusia.

 

Karena tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui kapan ajal kematiannya akan datang, maka dari itulah saya pun penasaran dengan ajal kematian saya sendiri. Setiap saya beraktivitas apapun, selalu terlintas dipikiran bahwa "jika saat ini ajal kematian saya telah datang, berarti saya sekarang dalam keadaan yang seperti ini," ungkap dalam hati.

Okesip, maksud di atas tadi akan saya perjelas, baiklah mari kita simak kronologis di bawah ini:
Selasa, 24 September 2013 sekitar pukul 16.15 Wita saya bergegas menuju tempat ceklog untuk pulang. Tidak biasanya saya pulang kantor pada jam tersebut, walaupun sesungguhnya pukul 16.00 adalah memang waktunya kami sudah dapat pulang meninggalkan pekerjaan. Ntahlah saya merasa aneh saja kalau pulang ontime.

Namun, karena pagi tadi mendengar kabar bahwa sahabat dekat saya masuk rumah sakit dikarenakan terkena demam berdarah, maka saya bertekad untuk menjenguknya hari itu juga sepulang kerja. Otomatis agar sempat membawakannya sesuatu, saya harus segera ceklog ontime. Ceklognya tidak ontime banget sih karena memang tidak pas di jam 16.00, tapi sudah lewat 15 menit (16.15).

Sepanjang jalan saya berpikir, "hendak membawakan apa yah? ke Koperasi atau ke Bontang Plaza (BP) aja kali yah, beliin cemilan, susu, minuman kotak sari kacang hijau, atau air minum aqua?" tanya saya dalam hati. Eh, sebelum di bunderan sintuk saya justru beralih pikiran hendak membelikan buah saja. Lalu, saya mengarahkan si merah menuju tempat penjual buah yang setahu saya berada di pinggir jalan tembus PKT, tepatnya di pertigaan Jalan Manggis BTN. 

Okesip, saya hampir sampai di tempat penjual buah, lampu riting motor sebelah kanan pun saya nyalakan karena akan belok. Saat berada di tengah jalan raya dalam keadaan lampu riting motor menyala, beberapa kendaraan dari arah belakang tetap melewati saya dengan aman-aman saja. Keadaaan tetap aman karena tampaknya mereka memang sudah mengerti maksud saya yang menyalakan lampu riting untuk belok.

Sekira 1 menitan, saya masih diam di tengah jalan karena ingin meyakinkan bahwa kendaraan dari arah saya di depan sepi dan aman. Namun, apa yang terjadi? Dhuarrrr!!!! saya yang tadinya sedang diam, tiba-tiba terlempar begitu saja. Scoopy merah dengan plat KT 5117 DY yang saya kendarai pun ikut terlempar beserta helm yang saya kenakan. Tentang bagaimana perasaan saya, aaarggh...tidak perlu ditanya lagi, tentu saya merasa shock berat!!! Kepala saya sudah berada di depan ban mobil itu seraya langsung berbisik dalam hati, "Innalillah, dalam keadaan seperti inilah ajal kematian saya datang, lewat ditabraknya saya oleh mobil dari belakang". 

Saya juga sempat berbisik dalam hati, "jika saat ini adalah ajal saya, maka saya masih ingat pada hari ini dengan siapa saja saya melakukan interaksi dengan sedemikian akrab dan indahnya, baik itu secara langsung dengan bertatap muka ataupun melalui via apapun (hp, email, watshapp, bbm, dan lain-lain). Artinya itulah saat terakhir saya dapat berjumpa langsung dan mengobrol dengan mereka". Bahkan saya pun juga masih mengingat tweet terakhir yang saya tulis di timeline twitter, "Ketemu langsung aj ga prnah,boro2 mukanya aj gak tau kya gimn, Tuhan, Safni rindu & pengen Ketemu dengannya, minimal dlm mimpi deh Terus status di facebook saya juga masih ingat "om komentatornya ngelawak mulu ne, andalan Jebreeeetttt kocak memang haha hati dag dig dug deerrr."

Guyss...ternyata Tuhan berkehendak lain, hari itu ternyata belum saatnya ajal kematian saya datang. Dalam keadaaan telah "mencium aspal" itu, seketika aku langsung bangkit begitu saja. Tuhan memang Maha Baik dalam keadaan tak berdaya itu, Dia lantas memberi saya kekuatan untuk berdiri, meskipun harus jalan kepinggir agak terseok-seok karena merasakan badan yang cukup perih. Orang-orang yang melihat pun rame berhenti menunjukkan empatinya untuk segera menolong. Orang yang menabrak saya pun tampak ketakutan. Beliau yang saya tafsir umurnya sekira kurang lebih 50 tahun, lantas langsung menanyakan bagaimana keadaan saya, menanyakan apa yang sebaiknya beliau lakukan terhadap kondisi saya beserta motor, kemudian beliau juga meminta no handphone saya. Setelah itu, beliau meminta maaf, dan siap menanggung kerugian motor saya yang harus diperbaiki.

Dari anggota badan yang tidak tertutup dengan pakaian memang tidak ada luka hingga berdarah-darah. Akan tetapi di bagian dalam yang tertutup pakaian, yaah gitulah tampak memar dan perih. Motor pun tampak lecet kanan, kiri, belakang, serta spion dan setirnya bengkok. Tapi, bagi saya yang terpenting adalah rasa syukur alhamdulilah, saya masih diberi kesempatan hidup olehNya sehingga masih bisa bertemu dengan orang-orang yang saya sayangi, melihat indahnya ribuan bintang dan bulan di langit, dan berbagai aktivitas lainnya.

Dari pengalaman yang telah diuraikan di atas, saya jadi berpikir bahwa dalam setiap langkah yang kita jalani sehari-hari, sebaiknya mulai sekarang kita harus mengetahui sejauh mana persiapan menghadapi kematian. Jadi, harapannya adalah kapan pun malaikat israil sang pencabut nyawa akan menjemput kita telah siap. Sebab dalam penelusuran yang saya lakukan, kematian adalah kepastian yang akan dialami oleh setiap manusia sebagaimana yang telah ditegaskan dalam firman Allah SWT, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS Ali Imran [3]: 185). Namun, sebelum ajal kematian menjemput, sebagai manusia yang percaya adanya surga dan neraka marilah kita mempersiapkan diri untuk selalu menjadi orang-orang yang baik, agar dapat meraih surga tempat terindah yang telah dijanjikan Tuhan. 

Di lain pihak, kata kebanyakan ulama, Rasulullah SAW sendiri pun telah mengingatkan agar kita bersegera untuk menyiapkan bekal dengan beramal saleh. “Bersegeralah kamu beramal sebelum datang tujuh perkara: kemiskinan yang memperdaya, kekayaan yang menyombongkan, sakit yang memayahkan, tua yang melemahkan, kematian yang memutuskan, dajjal yang menyesatkan, dan kiamat yang sangat berat dan menyusahkan.” (HR Tirmidzi).


Tidak ada komentar: