Sabtu, 14 September 2013

Mari Merenung Sejenak


     

     Biasanya aku suka keramean misalnya, dengan berkumpul dan riang gembira bersama para kawan sepermainan. Tapi dalam kondisi tertentu, kadang kala kita pasti ingin sendiri dulu untuk merenungkan sesuatu hal. Contohnya ya hari ini, setelah sarapan nasi kuning banjar di daerah Bontang Baru, aku berniat untuk pergi ke Danau Permai kawasan Pupuk Kaltim. Singkat cerita, sampailah aku di Danau Pupuk Kaltim. Melihat cuaca yang mendung dan tampak terlihat olehku hujan telah turun rintik-rintik, maka kuputuskan untuk menitip barang belanjaanku tadi di sebuah warung kecil, dan sekalian membeli makanan ringan untuk kusantap sembari nanti merenung dan menulis tentang sesuatu hal. Di warung itu, aku banyak berbincang dengan penjualnya yaitu, seorang Ibu dengan mengenakan jilbab dan usianya 46 tahun. Saat itu dialog yang berlangsung hanya melibatkan antara aku dan beliau.

     Oke sip, dari obrolan yang lumayan panjang dengan beliau, aku sudah tau hal apa yang kali ini akan coba aku share dan semoga kita dapat merenungkannya bersama. Aku pun segera mencari tempat untuk menemukan posisi yang enak dalam menulis. Tempat yang aku temukan adalah sebuah gubuk kecil beratap dengan pemandangan disekelilingku adalah danau, pepohonan yang rindang, patung gajah, dan dari kejauhan tampak ada orang sedang memancing ikan, ada juga yang sedang berdua dengan lawan jenisnya, serta tentunya ada aku yang sedang duduk sendiri merangkai bahasa kalbu. Hehe… Saat aku sendiri disini,ada tiga orang lelaki yang lewat kemudian mencoba iseng menggodaku dengan memanggil "mba mba mba.." aku hanya bisa diam dan berusaha untuktetap bersikap staycool sambil menggerakkan jari jemariku untuk mulai mengetik.

     Guyss…sebenarnya bagaimana sih kita dapat menjadi orang yang lebih bersyukur? Saat pertanyaan ini aku lontarkan ke teman-teman, tentu akan banyak ragam jawaban yang bermunculan di kepala. Saat mengobrol dengan seorang Ibu pemilik warung kecil tadi, aku pun mencoba menjawab pertanyaan yang muncul dalam rahim pemikiranku. Untuk dapat menjadi orang yang lebih bersyukur, menurutku salah satu hal yang dapat dilakukan adalah kita harus banyak melihat dan bergaul dengan orang-orang disekitar kita yang bisa jadi belum seberuntung teman-teman sekalian.

     Mungkin di antara kita, saat lapar dan haus kita dengan mudahnya dapat langsung mengambil duit di dompet untuk membeli makan dan minum. Saat kita ingin sekolah hingga ke jenjang perguruan tinggi dengan mudahnya mungkin diantara teman-teman pun ada yang orang tuanya begitu mudah tinggal bilang “nak,kamu ingin sekolah dan kuliah dimana?” dan dengan mudahnya pula orang tuateman-teman dapat mengeluarkan uang untuk membiayai anak-anaknya. Kalau teman-teman ada waktu kosong, coba deh telusuri di sekeliling kita. Saat aku mencoba berkeliling sendiri di Kota Bontang dengan mengendarai si merah, aku melihat seorang anak kecil sekitar umur 9 tahun dan para remaja yang setiap harinya menjajakan koran di simpang empat lampu merah. Aku juga melihat pekerja kasar yang harus kerja siang malam memperbaiki jalan raya, seorang bapak tua yang setiap harinya harus mendorong gerobak sampah dengan membawa anaknya, dan hari ini Sabtu 14 September 2013 aku mengobrol langsung dengan seorang Ibu yang berjualan di sekitar danau.

     Ibu tersebut sudah ditinggal suaminya selama 10 tahun, sehingga beliau-lah yang menjadi tulang punggung bagi kedua anaknya. Sabtu dan Minggu,Ibu ini pasti akan selalu datang ke danau ini untuk menjajakan jualannya.Senin-Jumat tidak berjualan dikarenakan pengunjung sangat sepi. Sembariberjualan, Ibu ini ternyata juga rajin memungut sampah plastik di sekitardanau. Ibu ini sungguh membuatku terharu karena dengan usianya yang tidak muda lagi, ia masih memiliki semangat yang tinggi untuk terus mencari nafkah demi membiayai anaknya yang sekarang sudah duduk di bangku kelas 2 SMP. Di lain sisi, aku juga  bahagia ketika ia bercerita anak beliau yang sekarang berusia 21 tahun sudah bekerja sebagai security. Kata beliau,anaknya dulu adalah seorang atlit lari yang kerap menjuarai lomba hingga anaknya dapat mengumpulkan banyak piagam penghargaan. Sekali lagi, aku bahagia dan lega mendengar penuturan beliau karena setidaknya kini ada anaknya yang bisa membantu Ibu ini untuk mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Meskipun beliau sudah dibantu oleh anaknya, tapi ternyata Ibu ini tetap harus mencari nafkah karena biaya hidup yang setiap hari semakin tinggi.

     Dari penuturan di atas, bayangkan betapa beruntungnya teman-teman yang telah mendapatkan fasilitas dan rezeki yang cukup. Oleh karena itu, untuk menjadi orang yang lebih bersyukur marilah kita sering-sering melihat di sekeliling kita. Jika kita selalu bergaul dengan orang-orang yang nasibnya sama beruntung dan nyaris hidupnya sangat hedon (selalu memikirkan kesenangan dan kenikmatan dunia), bisa jadi mungkin kita akan susah menjadi pribadi yang lebih bersyukur kepadaTuhan. Kalau dalam al-quran surat Ar-rahman ayat 55 yang sangat suka aku baca mengatakan, fabiayyi alaa’irobbikumatukazziban (nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan). Maka dari itu, mulai sekarang mari kita merenungkan, mendoakan, dan membantu saudara-saudara kita yang kurang beruntung. Aku yakin dengan sikap ini, insya allah mungkin akan menjadikan pribadi kita yang lebih mudah bersyukur dan menjadi jiwa yang damai.

Amin Ya Robbal Alamiin.

Tidak ada komentar: