Biasanya aku suka keramean misalnya, dengan berkumpul dan riang
gembira bersama para kawan sepermainan. Tapi dalam kondisi tertentu,
kadang kala kita pasti ingin sendiri dulu untuk merenungkan sesuatu hal.
Contohnya ya hari ini, setelah sarapan nasi kuning banjar di daerah
Bontang Baru, aku berniat untuk pergi ke Danau Permai kawasan Pupuk
Kaltim. Singkat cerita,
sampailah aku di Danau Pupuk Kaltim. Melihat cuaca yang mendung dan
tampak terlihat olehku hujan telah turun rintik-rintik, maka kuputuskan
untuk menitip barang belanjaanku tadi di sebuah warung kecil, dan
sekalian membeli makanan ringan untuk kusantap sembari nanti merenung
dan menulis tentang sesuatu hal. Di warung itu, aku banyak berbincang
dengan penjualnya yaitu, seorang Ibu dengan mengenakan jilbab dan usianya
46 tahun. Saat itu dialog yang berlangsung hanya melibatkan antara aku
dan beliau.
Oke sip, dari obrolan yang lumayan panjang dengan beliau, aku sudah tau hal apa yang kali ini akan coba aku share
dan semoga kita dapat merenungkannya bersama. Aku pun segera mencari
tempat untuk menemukan posisi yang enak dalam menulis. Tempat yang aku
temukan adalah sebuah gubuk kecil beratap dengan pemandangan
disekelilingku adalah danau, pepohonan yang rindang, patung gajah, dan
dari kejauhan tampak ada orang sedang memancing ikan, ada juga yang
sedang berdua dengan lawan jenisnya, serta tentunya ada aku yang sedang
duduk sendiri merangkai bahasa kalbu. Hehe… Saat aku sendiri disini,ada
tiga orang lelaki yang lewat kemudian mencoba iseng menggodaku dengan
memanggil "mba mba mba.." aku hanya bisa diam dan berusaha untuktetap
bersikap staycool sambil menggerakkan jari jemariku untuk mulai mengetik.
Guyss…sebenarnya bagaimana sih kita dapat menjadi orang yang lebih
bersyukur? Saat pertanyaan ini aku lontarkan ke teman-teman, tentu akan
banyak ragam jawaban yang bermunculan di kepala. Saat mengobrol dengan
seorang Ibu pemilik warung kecil tadi, aku pun mencoba menjawab
pertanyaan yang muncul dalam rahim pemikiranku. Untuk dapat menjadi
orang yang lebih bersyukur, menurutku salah satu hal yang dapat
dilakukan adalah kita harus banyak melihat dan bergaul dengan
orang-orang disekitar kita yang bisa jadi belum seberuntung teman-teman
sekalian.
Mungkin di antara kita, saat lapar dan
haus kita dengan mudahnya dapat langsung mengambil duit di dompet untuk
membeli makan dan minum. Saat kita ingin sekolah hingga ke jenjang
perguruan tinggi dengan mudahnya mungkin diantara teman-teman pun ada
yang orang tuanya begitu mudah tinggal bilang “nak,kamu ingin sekolah
dan kuliah dimana?” dan dengan mudahnya pula orang tuateman-teman dapat
mengeluarkan uang untuk membiayai anak-anaknya. Kalau teman-teman ada
waktu kosong, coba deh telusuri di sekeliling kita. Saat aku mencoba
berkeliling sendiri di Kota Bontang dengan mengendarai si merah, aku
melihat seorang anak kecil sekitar umur 9 tahun dan para remaja yang
setiap harinya menjajakan koran di simpang empat lampu merah. Aku juga
melihat pekerja kasar yang harus kerja siang malam memperbaiki jalan
raya, seorang bapak tua yang setiap harinya harus mendorong gerobak
sampah dengan membawa anaknya, dan hari ini Sabtu 14 September 2013 aku
mengobrol langsung dengan seorang Ibu yang berjualan di sekitar danau.
Ibu tersebut sudah ditinggal suaminya selama 10 tahun, sehingga
beliau-lah yang menjadi tulang punggung bagi kedua anaknya. Sabtu dan
Minggu,Ibu ini pasti akan selalu datang ke danau ini untuk menjajakan
jualannya.Senin-Jumat tidak berjualan dikarenakan pengunjung sangat
sepi. Sembariberjualan, Ibu ini ternyata juga rajin memungut sampah
plastik di sekitardanau. Ibu ini sungguh membuatku terharu karena dengan
usianya yang tidak muda lagi, ia masih memiliki semangat yang tinggi
untuk terus mencari nafkah demi membiayai anaknya yang sekarang sudah
duduk di bangku kelas 2 SMP. Di lain sisi, aku juga bahagia ketika ia
bercerita anak beliau yang sekarang berusia 21 tahun sudah bekerja
sebagai security. Kata beliau,anaknya dulu adalah seorang atlit
lari yang kerap menjuarai lomba hingga anaknya dapat mengumpulkan banyak
piagam penghargaan. Sekali lagi, aku bahagia dan lega mendengar
penuturan beliau karena setidaknya kini ada anaknya yang bisa membantu
Ibu ini untuk mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Meskipun beliau
sudah dibantu oleh anaknya, tapi ternyata Ibu ini tetap harus mencari
nafkah karena biaya hidup yang setiap hari semakin tinggi.
Dari penuturan di atas, bayangkan betapa beruntungnya teman-teman yang
telah mendapatkan fasilitas dan rezeki yang cukup. Oleh karena itu,
untuk menjadi orang yang lebih bersyukur marilah kita sering-sering
melihat di sekeliling kita. Jika kita selalu bergaul dengan orang-orang
yang nasibnya sama beruntung dan nyaris hidupnya sangat hedon (selalu
memikirkan kesenangan dan kenikmatan dunia), bisa jadi mungkin kita akan
susah menjadi pribadi yang lebih bersyukur kepadaTuhan. Kalau dalam
al-quran surat Ar-rahman ayat 55 yang sangat suka aku baca mengatakan, fabiayyi alaa’irobbikumatukazziban (nikmat
Tuhan mana lagi yang kamu dustakan). Maka dari itu, mulai sekarang
mari kita merenungkan, mendoakan, dan membantu saudara-saudara kita yang
kurang beruntung. Aku yakin dengan sikap ini, insya allah mungkin akan
menjadikan pribadi kita yang lebih mudah bersyukur dan menjadi jiwa yang
damai.
Amin Ya Robbal Alamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar