Sabtu, 05 April 2014

Senandung untuk Bintang




Hai Bintang... lama tak menyapamu
Hai Bintang... Apa kabarmu?
Kepakan teras waktu yang berdentang
Apakah terasa cepat bagimu Bintang?
Entah mengapa semua terasa sangat lambat
Semua terasa harus ku hitung setiap detiknya
Kadang membiarkan adalah hal yang tak kusuka
Kadang membiarkan adalah hal yang berat
Membiarkan waktu berputar sewajarnya
Seperti deretan tetes hujan yang ingin ku hitung
Namun memang tak bisa ku hitung
Tapi aku yakin hanya perlu membiarkan
Yah dengan membiarkan semua tersedimen dengan alami
Yah dengan membiarkan aku menghargai proses
Yah dengan membiarkan aku membentuk diriku
Cenderawasih senja akan menghiburku
Sangkakala harapan adalah temanku
Goresan bantah akan menjadi geloraku
Seperti itulah wajah terlupakan
Wajah yang akan menjadi abu-abu sesaat
Dengan harapan akan menjadi emas suatu saat
Dan kau harus percaya itu,Bintang

Hai Bintang... Kau suka senandung Pachelbel Canon
Hai Bintang... tahu kah lagu klasik romantis itu
Tahukah aku sangat menyukainya
Dengan kunci dasar D yang biasa ku dengar
Lewat instrumen kotak senar bertuts hitam putih
Senandung yang membuat imajinasiku berlari dan meloncat
Seperti loncatan ritme ungkapan lagu ini
Ingin sekali bermain dengannya di atas tuts piano
Adalah mimpi karena memang ku tak bisa memainkan piano
Lembut terhenyak dalam sentuhan lembutnya
Terhentak belaian saat tertekan emosional
Bunga yang hitam menjadi kuning
Dan menari bersamaku dan membirukan dinding hatiku
Ventriloquist menghasikan kata yang semerbak
Manis termadu dalam kotak yang penuh gula
Bertiup bagai simponi dentuman rekat hujan
Seperti backsound film Romantis
Dengan seorang lelaki membawa sepetik mawar
Dan sang gadis bermain piano dalam mini konsernya
Dengan langkah mantap dan perlahan
Pria mendobrak arena dan berdiri dihadapnya
Memberikan mawar itu dengan takzimnya
Walaupun dentum melodis piano terputus
Hati mereka bermelodi Canon in D
Saling bersahutan dan bertautan
Senggamakan alunan hati mereka
Melankolisnya diriku

Hai bintang... Maafkan aku mataku terlalu berat
Hai bintang... aku kini mulai terlelah
Sebuah cahaya yang sama dengannya adalah dirimu
Yah dirimu saja Bintang
Menarilah dalam peraduannya untukku
Menarilah dengan irama Canon in D
Selamat malam Bintang

*
Hai Bintang... lama tak menyapamu
Hai Bintang... Apa kabarmu?
Kepakan teras waktu yang berdentang
Apakah terasa cepat bagimu Bintang?
Entah mengapa semua terasa sangat lambat
Semua terasa harus ku hitung setiap detiknya
Kadang membiarkan adalah hal yang tak kusuka
Kadang membiarkan adalah hal yang berat
Membiarkan waktu berputar sewajarnya
Seperti deretan tetes hujan yang ingin ku hitung
Namun memang tak bisa ku hitung
Tapi aku yakin hanya perlu membiarkan
Yah dengan membiarkan semua tersedimen dengan alami
Yah dengan membiarkan aku menghargai proses
Yah dengan membiarkan aku membentuk diriku
Cenderawasih senja akan menghiburku
Sangkakala harapan adalah temanku
Goresan bantah akan menjadi geloraku
Seperti itulah wajah terlupakan
Wajah yang akan menjadi abu-abu sesaat
Dengan harapan akan menjadi emas suatu saat
Dan kau harus percaya itu,Bintang


Hai Bintang... Kau suka senandung Pachelbel Canon
Hai Bintang... tahu kah lagu klasik romantis itu
Tahukah aku sangat menyukainya
Dengan kunci dasar D yang biasa ku dengar
Lewat instrumen kotak senar bertuts hitam putih
Senandung yang membuat imajinasiku berlari dan meloncat
Seperti loncatan ritme ungkapan lagu ini
Ingin sekali bermain dengannya di atas tuts piano
Adalah mimpi karena memang ku tak bisa memainkan piano
Lembut terhenyak dalam sentuhan lembutnya
Terhentak belaian saat tertekan emosional
Bunga yang hitam menjadi kuning
Dan menari bersamaku dan membirukan dinding hatiku
Ventriloquist menghasikan kata yang semerbak
Manis termadu dalam kotak yang penuh gula
Bertiup bagai simponi dentuman rekat hujan
Seperti backsound film Romantis
Dengan seorang lelaki membawa sepetik mawar
Dan sang gadis bermain piano dalam mini konsernya
Dengan langkah mantap dan perlahan
Pria mendobrak arena dan berdiri dihadapnya
Memberikan mawar itu dengan takzimnya
Walaupun dentum melodis piano terputus
Hati mereka bermelodi Canon in D
Saling bersahutan dan bertautan
Senggamakan alunan hati mereka
Melankolisnya diriku

Hai bintang... Maafkan aku mataku terlalu berat
Hai bintang... aku kini mulai terlelah
Sebuah cahaya yang sama dengannya adalah dirimu
Yah dirimu saja Bintang
Menarilah dalam peraduannya untukku
Menarilah dengan irama Canon in D
Selamat malam Bintang


*sumber : http://oky-patria.blogspot.com/2012/09/senandung-untuk-bintang-4.html

Tidak ada komentar: