Perjalanan yang cukup panjang dilalui tersebut, dikarenakan Abanya telah dipanggil oleh-Nya. Padahal 26 April 2014 mendatang, Qado sudah membookingkan tiket pesawat kepada almarhum dan mamanya untuk jalan-jalan melihat kembali Kota Taman (Bontang). Rencana kedatangan beliau itu, hentak saja membuat saya senang. Betapa tidak, saya sudah membayangkan akan bertemu dengan calon aba kedua saya dan mengecup tangannya. Tetapi, nyatanya Tuhan berkehendak lain. Dan, yang paling menyedihkan adalah Qado nggak sempat melihat Abanya untuk yang terakhir kalinya. Sebab, dalam syariat islam katanya mayat harus segera dimakamkan.
Dari pagi tadi hingga malam minggu kelabu ini, sungguh saya sangat dapat merasakan kesedihan mendalam yang dirasakan oleh kekasih hati saya itu. Sebab, kehilangan salah satu sosok orang tua yang begitu berarti dalam sepanjang sejarah hidup, tentu bukanlah hal yang mudah. Terlalu banyak kenangan indah yang telah dilewati bersama almarhum hingga Qado beranjak dewasa. Qado sangat sayang dan bangga memiliki orang tua seperti almarhum. Hal ini terlihat jelas, saat ia selalu menguraikan kisah tentang Abanya kepada saya.
Itulah mengapa Qado benar-benar terpukul atas kepergian Abanya. Saya pun tak kuasa untuk tidak mengeluarkan air mata. Walaupun sekarang ini saya tidak dapat menemani Qado secara langsung disana, tapi saya disini terus mendampinginya dari kejauhan. Sampai detik ini, saya terus meracuni hati dan pikirannya agar ia tidak terus bersedih. Qado pasti kuat, Qado pasti tegar, dan Qado pasti bisa mengikhlaskan kepergian Abanya. Amin YRA.
~ I LOVE U, LaTahzan Innallahama'ana
*Disudut kamarku, 12 April 2014, Pukul 21.42 WITA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar