Rabu, 31 Juli 2013

Sharing Knowledge : Pengalaman Belajar di Amerika


 
Kebanyakan orang tentu sudah mengenal, dan tidak asing lagi ketika mendengar Amerika Serikat. Negara terbesar dan salah satu negara adidaya ini, sekiranya menyimpan daya tarik tersendiri, sehingga mampu menghipnotis orang-orang untuk berkeinginan menginjakkan kaki disana. Dalam banyak hal, Amerika Serikat sesungguhnya menyediakan dan menawarkan segala sesuatu yang dapat kita cari misalnya, bisa belajar di negara ini. Memiliki kesempatan untuk dapat belajar di Amerika, tentu adalah hal yang luar biasa. Sebab, negara ini memiliki universitas terbaik di dunia. 

Bagi siapapun yang tertarik untuk belajar disana, terlebih dahulu segala sesuatu hendaknya harus dipersiapkan. Dalam mempersiapkan segala sesuatunya tersebut, sesungguhnya banyak cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan sumber info. Salah satunya adalah dengan mengikuti secara langsung (live) sharing knowledge dari narasumber yang telah berpengalaman belajar di luar negeri. Seperti halnya PT Pupuk Kaltim (PKT), Jumat (27/7) bertempat di Ruang Listrik Gedung Diklat Lantai II PKT,  perusahaan penghasil urea dan amoniak terbesar di Indonesia ini menggelar sharing knowledge bertajuk pengalaman belajar di Amerika, dengan pemateri berasal dari karyawan PKT sendiri yaitu, Henri Novi. 
Acara yang digelar sehari ini sekiranya diikuti 21 orang, yang terdiri dari beberapa karyawan PKT yang dalam waktu dekat akan melaksanakan tugas belajar, dan calon karyawan PKT angkatan pertama 2013. Dalam pemaparannya, Henri yang selama 2 tahun telah menjalani tugas belajar di Amerika menjelaskan, bahwa ada beberapa tahapan penting yang harus diperhatikan agar nantinya disana tidak mendapat masalah. Apalagi seperti yang kita ketahui, Amerika sebagai barometer dunia mempunyai sistem keamanan yang tinggi, serta didukung dengan kekuatan hukum yang sangat kuat. Dengan peraturan yang sangat ketat tersebut, adalah tanggung jawab kita untuk memahami dan mematuhinya. 


Pertama, tahap persiapan. Dalam tahap ini, beberapa hal yang disarankan diantaranya; (i) membawa uang secukupnya; (ii) menyiapkan semua surat-surat penting; (iii) menghubungi pelajar atau masyarakat Indonesia; (iv) menyiapkan pakaian secukupnya; (v) hubungi pihak kampus tentang apartemen; (vi) pelajari jalur transportasi; (vii) selesaikan segera semua persyaratan yang di minta kampus; (viii) pilih rute perjalanan yang nyaman dan terdekat; (ix) booking hotel yang aksesnya berdekatan dengan kampus; (x) cari nomor telepon taksi; (xi) cari tempat untuk membeli makanan sehari-hari yang mudah terjangkau, karena khusus yang beragama muslim tentu tidak mudah mencari makanan yang berlabel “halal”; (xii) cari tempat membeli alat-alat rumah tangga; (xiii) membeli asuransi kesehatan; (xiv) membayar uang perkuliahan. 


Kedua, tahap kedatangan. Disini kita disarankan sebaiknya segera merental mobil, melihat kondisi apartemen, belanja kebutuhan dasar untuk apartemen, serta melaporkan diri ke bagian international student campus. Ketiga, culture shock. Menurut Henri, 0 – 6 bulan adalah masa-masa terberat. Karena itu, kita harus mampu menyiapkan diri untuk merubah gaya hidup. Seperti, mobil yang telah menjadi kebutuhan dasar yang harus ada agar dapat melakukan perjalanan untuk mengurus segala sesuatu yang dibutuhkan, serta sistem rumah sakit yang berbeda dengan di Indonesia. 
   

Keempat, tahap perkuliahan. Pada saat telah memasuki proses ini, hal penting yang harus diperhatikan  bahwa di negara tersebut sama sekali tidak diperbolehkan menyontek. Apabila ditemui mahasiswa yang melakukan tindakan demikian, maka dampaknya mahasiswa tersebut dapat terancam langsung di drop out dari universitas. Seorang mahasiswa pun hendaknya lebih aktif untuk selalu mengkomunikasikan semua masalah ke pembimbing akademik, dan berupaya tepat waktu. Info penting lainnya adalah disana tidak akan ada ditemukan sistem yang disebut teman satu angkatan, dan umumnya mahasiswa pun lebih bersifat individual. Hal ini tentunya telah menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa Indonesia, agar berupaya bagaimana dapat beradaptasi dengan baik terhadap munculnya karakter budaya yang sangat heterogen.



Kelima, biaya hidup. Biaya hidup di Amerika tidak murah. Apabila hidup seorang diri (bujangan), maka biaya yang akan kita keluarkan sekitar USD 1000/bln. Bagi yang berkeluarga dengan membawa 2 anak sekitar USD 2500/bln. Selanjutnya, untuk penggunaan akses internet sekitar USD 20-40 /bln, listrik USD 60-100/bln, transportasi USD 60-100/bln, telepon USD 20-40/bln, dan perlu dicatat bahwa biaya kesehatan disana sangat mahal. Oleh karena itu, disarankan agar selama menjalani tugas belajar, diharapkan masing-masing individu dapat pandai juga dalam mengelola keuangannya dengan baik agar mampu bertahan hidup di tengah gemerlapnya kehidupan Amerika. Selamat mencoba.



Tidak ada komentar: