Kamis, 25 Juli 2013

Sahabat Itu Seperti Kaca


 
Sahabat yang tulus adalah kaca yang bersih bagi kita. Ia dapat memperhatikan kebaikan dan keburukan kita. Sahabat yang hanya mau memperlihatkan kebaikannya saja bisa jadi adalah kaca palsu,  yang hendak mencelakakan kita. Ia kelak akan mendatangkan kerugian bagi kita dalam kehidupan. 
Sebaliknya sahabat yang berani menyatakan kesalahan dan melihat perbuatan kita itulah sahabat yang sejati. Kadang nasihatnya mungkin terlalu keras, petuahnya terasa amat pahit, tetapi yang itu janganlah segera dihindarkan.
Banyak orang yang tiada senang menerima suntikan dari sahabat-sahabatnya. Sebaliknya yang diharapkan dan yang diminta-mintanya pujian dan sanjungan yang mulut-mulut belaka. Orang yang semacam itu, berupalah keadaannya dengan peminum minuman keras. Mula-mula ia terasa nikmat karena pengaruh minuman itu, tetapi kemudian pastilah ia akan mabuk hilang ingatannya, yang benar ia akan terhuyung dan terbanting kian kemari, hingga keadaannya sebagai orang  lupa ingatan.
Oleh karena itu, sahabat yang sejati adalah yang dapat membimbing kita, yang berani menegur kita bila bersalah, dan mengingatkan kita bila lupa atau lalai.
Suatu kesalahan tak mungkin diperbaiki, jika kita tiada mengetahui bahwa kesalahan itu ada pada kita. Manusia terkadang sukar dapat melihat kesalahannya sendiri. Sebab itu, kita harus mempunyai kaca yang bersih yaitu, sahabat yang berani menegur dan menasihati kita dengan tulus dan ikhlas.


Tidak ada komentar: