Buat anak Kalimantan pada umumnya dan KALTIM pada khususnya tempat dimana kelahiran kita...puisi dibawah ini bagus deh....aku udah pernah coba searching di mbah google tentang puisi ini...tapi ga ada muncul loh...jadinyaa aku ketik sendiri, untung naskahnya yang dari SMP aku dapet ini, masih aku pegang sengaja banget tak bawa ampe Jogjaa...hehe
cekidoot!!!!
Surat Untuk Abah
Abah
aku rindu pucuk ulin dan rimbun hutan taraf di belakang huma kita
Bah..
salahkah
bila punai tak lagi menciap
Enggang gunung kaku menari
dan embun tergugu di kegersangan ilalang
Disini bah!
Dara dayak enggan menari
Dan lengking kekasihnya ditelan pabrik sepanjang sungai
Ada yang terenggut
ada giris
sesal
ketika damai luruh bersama terjungkalnya meranti tua
Bumi tergelar
Anak pinak satwa terberurai
Kemana kita pulang bah
ketika kijang gunung sesat
banteng tunggal kehilangan belukar
kemana kita!
saat Mahakam kalap
dan gunung lipan terbungkuk bersimbah peluh
Duh...
aku rindu dara dayak bertelinga panjang
aku rindu wangi rawa
aku kangen hutan payau
Inginnya aku bah
memilin rotan saga
mengecup embun belukar
mencumbu ranting meranti yang tegar di kesendirian
Bah...
kealpaan menyiasati surga kita sehingga debu dan arang kita wariskan
untuk anak cucu kita
kini yang dini!
Dengan kedua biji mata kita
sanggupkah memupus harap
sementara traktor bercumbu dengan ulin
dan huma kita terkurung pencakar langit
Sanggupkah?
mematut diri
bercermin alam
sementara mereka menuntut miliknya
Duh Abah.....
pulang sajalah kita
rawa kehilangan wangi
hutan terjengkal
dan ranting kurus tak tahan menerima
berjuta torah
Nanti Bah!
kelak akan kuceritakan
dongeng tentang rimba pada cucumu
sebelum mimpi menyelimutinya
Kelak Bah
aku ninabobokan cucumu
dengan tembang satwa yang hilang
dan kancil kecil pulang kandang
Bah....
pulang yaaa.....
- Pak Said Agus Salim
Abah
aku rindu pucuk ulin dan rimbun hutan taraf di belakang huma kita
Bah..
salahkah
bila punai tak lagi menciap
Enggang gunung kaku menari
dan embun tergugu di kegersangan ilalang
Disini bah!
Dara dayak enggan menari
Dan lengking kekasihnya ditelan pabrik sepanjang sungai
Ada yang terenggut
ada giris
sesal
ketika damai luruh bersama terjungkalnya meranti tua
Bumi tergelar
Anak pinak satwa terberurai
Kemana kita pulang bah
ketika kijang gunung sesat
banteng tunggal kehilangan belukar
kemana kita!
saat Mahakam kalap
dan gunung lipan terbungkuk bersimbah peluh
Duh...
aku rindu dara dayak bertelinga panjang
aku rindu wangi rawa
aku kangen hutan payau
Inginnya aku bah
memilin rotan saga
mengecup embun belukar
mencumbu ranting meranti yang tegar di kesendirian
Bah...
kealpaan menyiasati surga kita sehingga debu dan arang kita wariskan
untuk anak cucu kita
kini yang dini!
Dengan kedua biji mata kita
sanggupkah memupus harap
sementara traktor bercumbu dengan ulin
dan huma kita terkurung pencakar langit
Sanggupkah?
mematut diri
bercermin alam
sementara mereka menuntut miliknya
Duh Abah.....
pulang sajalah kita
rawa kehilangan wangi
hutan terjengkal
dan ranting kurus tak tahan menerima
berjuta torah
Nanti Bah!
kelak akan kuceritakan
dongeng tentang rimba pada cucumu
sebelum mimpi menyelimutinya
Kelak Bah
aku ninabobokan cucumu
dengan tembang satwa yang hilang
dan kancil kecil pulang kandang
Bah....
pulang yaaa.....
- Pak Said Agus Salim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar