Kamis, 27 Juli 2017

#Part-10 Keliling Indonesia : Bumi Arema

Lagi, tugas perusahaan membawaku untuk menjajaki lagi salah satu negeri nan elok Indonesia yakni, Bumi Arema Kota Malang Provinsi Jawa Timur.

Saat ini, aku seperti sedang duduk diantara bola-bola kapas raksasa. Flight sriwijaya air sj 252 seat 3 c, disinilah aku asik menulis. Memang aktivitas inilah yang selalu membantu menghilangkan kebosananku sembari menunggu sekitar 1 jam lebih landing di bandara sultan aji Muhammad sulaiman sepinggan Balikpapan.


Sesekali aku juga sambil asik membuka lembaran demi lembaran majalah Sriwijaya yang update edisi Juli 2017. Majalah ini cukup banyak menyajikan traveller story. Pastinya sangat menghibur karena sejalan dengan jiwa petualang aku untuk mengelilingi Indonesia.


Mengunjungi kota yang belum pernah didatangi bagiku adalah hal yang paling menyenangkan. Udara dingin Kota Malang langsung menerpa wajahku begitu tiba pada Selasa, 18 Juli 2017. Ekspektasiku akan keindahan kota ini cukup tinggi. Tiba disana, aku langsung 'disuguhi' pemandangan taman kota yang tertata rapi. Di tengah jalan raya tampak disusun berbagai jenis bunga dengan warna-warna menarik yang dominan kuning, merah, dan pink.


Dari sisi kemacetan menurutku tidak terlalu memakan waktu lama untuk menunggu. Lagipula sebenarnya padetnya pengunjung karena di Malang lagi ada event besar nasional yang dihadiri 98 kota untuk mengikuti Pameran Indonesia City Expo. Dan, kehadiranku disini mewakili PT Pupuk Kaltim (PKT) Bontang sebagai salah satu peserta dalam event pameran tersebut dengan membawa 2 mitra binaan PKT yang bergerak di bidang kerajinan khas kaltim dan prodak daur ulang sampah.


Kegiatan ini meriah banget karena selain pameran, dirangkai pula dengan rapat kerja nasional oleh pejabat wali kota se Indonesia (Apeksi) yang turut dihadiri Bapak Presiden RI Joko Widodo, pawai budaya yang diikuiti 3600 peserta, dan selama pameran panggung arenanya diisi berbagai penampilan kesenian daerah dari asal daerah masing-masing peserta. Adapun wali kota Bontang Ibu Hj. Neni turut pula hadir disini mengikuti pawai budaya.


Dari pameran ini, alhamdulilah stand PKT banyak diminati pengunjung. Total pendapatan 2 mitra binaan selama 5 hari mencapai sekitar Rp. 15 juta. Selama disana, dengan keterbatasan waktu lumayan ada 3 lokasi yang sempat bisa diexplore diantaranya kampung warna-warni, kebun apel, dan museum angkut. Tempat ini lumayan mudah dijangkau dengan jalanannya yang mulus. Sedikit review dari 3 lokasi wisata tersebut antara lain :

Kampung warna-warni :
Sebuah pemukiman warga yang didesign cukup menarik dengn nuansa cat yang beragam warna. Dinding rumah pun digambar sedemikian rupa sehingga memiliki daya tarik tersendiri untuk melakukan selfie dan wefie. Fasilitas toiletnya bersih dan ada musholla yang cukup nyaman. Jika kita menapaki tangga demi tangga, maka akan tampak diatas rangkaian bunga-bunga plastik yang menawan.

Sebelum masuk perkampungan yang hanya berjarak sekitar 10 menit dari hotel disekitar kota malang ini, kita akan diberi tiket masuk. Nggak usah khawatir mahal, kita cukup mengeluarkan Rp 2 ribu. Tertera dalam tiket itu bahwa biaya yang kita bayar akan diperuntukkan untuk perawatan cat, design gambar dan kebersihan.

Kebun apel dan museum angkut :
Kedua tempat ini cukup berdekatan, jadi langsung bisa sepaket dikunjungi. Jarak tempuh dari Kota Malang sekitar setengah jam. Di kebun apel, tentu kita akan melihat hamparan buah apel yang bertebaran di ranting-ranting pohon yang kerdil. Dari ketiga tempat yang aku kunjungi, kebun apel lah yang membuatku paling berkesan.


Sebab dari jaman bocah sudah kepengen banget ke tempat ini merasakan sensasi memetik apel langsung dari pohonnya dan ditemani oleh pemandu agrowisata. Pemandu akan menjelaskan tentang budidaya tanaman dan hal-hal yang berkaitan tentang buah-buah tersebut. Jangan lupa siapkan duit untuk membayar tiket masuk Rp 30 ribu/org dan kita sudah bisa makan sepuasnya. Dibungkus bisa saja, tapi kita akan membayar sesuai timbangan per kg Rp. 30 ribu.

Museum angkut :
Museum Angkut merupakan museum transportasi yang jaraknya sekitar 20 km dari Kota Malang. Ditempat ini bersebelahan dengan miniatur pasar terapung yang ada di Kota Banjarmasin Kalsel. Tiket masuk mobil Rp 7000, tapi untuk mencoba beberapa wahana akan ditarik biaya lagi seperti naik kapal mengelilingi perairan kecil Rp. 10.000. Untuk masuk ke museum itu sendiri per orang tiketnya Rp. 100.000. Sayangnya aku belum sempat  masuk ke dalam ruangan ini karena terbatasnya waktu. Namun, dari pintu masuk sekilas aku masih bisa melihat isi ruangan di lantai 1 yang penuh dengan jenis angkutan tradisional hingga modern.

Dari info yang aku telusuri, museum ini terbagi dalam beberapa zona yang didekorasi dengan setting lanscape model bangunan dari benua Asia, Eropa hingga Amerika. Di Zona Sunda Kelapa dan Batavia yang merupakan Replika Pelabuhan Sunda Kelapa, dihiasi oleh beberapa alat transportasi kuno seperti becak dan miniatur kapal. Zona Eropa juga di setting seakan-akan berada di jalanan kota-kota Perancis dengan mobil-mobil kuno eropa.

Selain mobil-mobil kuno, salah satu koleksi terbarunya adalah Mobil listrik Tucuxi milik mantan menteri Dahlan Iskan yang sebelumnya pernah mengalami kecelakaan di sebuah lereng gunung di Magetan saat baru diujicobakan.

Kuliner :
Kalau ke Malang katanya wajib banget nyobain bakso yang fenomenal disana namanya bakso president yang sudah ada sejak tahun 90 an. Uniknya lokasi bakso ini berada di pinggir rel kereta api, ada sensasi tersendiri tentunya saat makan kereta api lewat disepanjang rel. Dinamain president dari info yang aku dapat, katanya karena pemiliknya mirip sama alm. President Bpk. Suharto. Rasanya memang oke banget. Nah, selain bakso makanan lainnya seperti seafood juga enak.

Jujur masih merasa kurang puas mengexplore Malang, jadi sepertinya memang harus ada waktu tersendiri kesana diluar dari kerjaan.
Cukup sampai disini dulu ya kawan. Sampai jumpa di cerita selanjutnya.

-Safni
*Di atas pesawat flight sj 252 seat  3 c tgl 24 Juli 2017









2 komentar:

Sher mengatakan...

Irrrrr kamu dateng ke malang emang pas cuaca lagi dingin. Coba kesini diluar bulan Juni-Agustus.. Wah panas! -___-

Eh aku aja belom ke kampung warna warni lohhhhh. Wah diriku kalah~


tulisandarihatikecilku.blogspot.com

Irma Safni mengatakan...

Kemarin katanya mau mampir main ke stand pupuk kaltim ☺