Di Part 9, cerita berlanjut lagi di tanggal 23 November 2016.
Citilink flight QG 861 seat 7 C, disinilah aku mulai merangkai kata. Disampingku seat 7A dan 7 B adalah sepasang suami istri yang kutaksir berusia hampir 50 tahunan. Ibu ini berjilbab dan suaminya mengenakan kacamata. Mereka berdua asik sekali berbincang sambil menikmati makanan yang dibawanya di dalam saku tas. Ntah apa nama makanannya, dari bau yang kuhirup seperti pentol. Hihi...
Ah, aku jadi teringat pakle pentol bakar yang sering menjajakan jualannya di acara pasar malam. Setelah itu mereka juga asik menyantap snack kentang. Tak disangka, ibu disampingku tersebut ternyata menawarkan makanannya, tapi aku menolaknya dengan senyuman dan mengucapkan terima kasih. Padahal dalam hati bergumam "aduh, lapar juga yah jadinya". Haha...
Karena bepergian sendiri nggak bareng suami, jadi kebawa perasaan (red : baper) juga yah melihat keasikan mereka. Hehe... Akhirnya kuputuskan untuk mencoba mengalihkan pandanganku ke balik jendela.
Melihat awan-awan nan syahdu di balik jendela, aku merasa seolah sedang berada di negeri awan. Sambil bersenandung pelan dalam hati, kulantunkan lagu milik Katon Bagaskara "kau nyanyikan untukku, sebuah lagu tentang negeri di awan dimana kedamaian menjadi istananya yang kini telah kau bawa aku menuju kesana...". Aku pun mulai mengantuk, dan menghentikan ketikan tangan di hp tab. #tertidur
To be continued....
#Bus Damri
Halo, kembali lagi di tulisan part 9 ini. Ufggh, terbangun dan akhirnya aku sudah landing di bandara Soekarno Hatta Jakarta. Berjumpa lagi dengan hiruk pikuk ibukota.
Lalu, dalam rangka apakah aku kesini lagi? baiklah pada titik ini akan aku bahas. Oh iya, posisi aku sedang menulis ini lagi di Bus Damri tujuan Purwakarta menuju PT Pupuk Kujang Cikampek.
Dari rumah aku diantar suami ke bandara PT Badak sekira pukul 11:30 WITA. Kita sempatin dulu mampir makan siang di daerah Hop 6. Selesai pukul 12:00, kami melanjutkan perjalanan dan sampai dibandara sekira pukul 12:15. Suami nyetirnya pelan banget karena memang di kompleks ini kecepatannya diatur maksimal 40 km.
Sampai di bandara, aku langsung cek in dan duduk bentar ngobrol dengan suami sebelum masuk ke dalam ruang tunggu. Setiap kali menghadapi moment perpisahan di bandara, berasa jadi seperti Rangga dan Cinta. Efek nonton film ya begini jadinya. Hehe...
Naik pesawat dari Bontang-Balikpapan pukul 12:35 ditempuh hanya sekitar setengah jam. Sampe Bandara Sepinggan Balikpapan sekitar pukul 13:00, aku langsung cek in dan menuju Gate 3 flight Citilink pukul 14:20 WITA menuju Jakarta.
Sekitar pukul 15:30 WIB aku tiba di Bandara Soekarno Hatta Jakarta. Keluar bandara langsung nyari bus Damri antara tujuan Karawang yang nantinya turun di terminal klari atau nggak Purwakarta yang turunnya di rest area Km 57. Sekitar 20 menit aku menantikan Damri, akhirnya dapat yang tujuan Purwakarta. Ini baru pertama kalinya aku naik bus dari bandara untuk menuju kota tujuan berikutnya. Biasanya mentok paling disekitaran Jakarta saja itupun selalu naik Taksi.
Perjalanan kali ini, lagi-lagi dalam rangka tugas perusahaan untuk menghadiri acara survei kepuasan lingkungan yang diselenggarakan secara bergilir oleh anak perusahaan Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC). Pada kesempatan ini, aku ditugaskan di PT Pupuk Kujang Cikampek.
Di bus aku duduk sendiri, sementara di kursi lain telah terisi full. Lumayan tas ranselku yang cukup besar ini bisa ditaro disamping kursi yang kosong. Sepanjang perjalanan aku asik banget melihat pemandangan di balik jendela. Keriuhan dan kepadatan ibukota ini membuatku berpikir. Mungkin aku tak akan betah tinggal di kota ini. Karena waktuku mungkin hanya akan banyak terbuang dijalan dengan segala kemacetannya.
To be continued...
Sekitar pukul 7 malam ntah lewat berapa aku turun di rest area km 57, karena panitia akan menjemputku disini. Agak deg-degkan juga sih selama perjalanan. Pasalnya baru pertama kali melewati jalur ini, terus sendirian, dan takut kelewatan. Aku sampai dua kali nanya ke drivernya hanya untuk nanya ini sudah didaerah mana, dan minta tolong agar diinfokan kalau sudah sampai. Kondisi bus yang full AC ditambah hujan deras dibalik jendela pun membuat perut terasa lapar dan dinginnya tak terbendung. Nyesal banget jadinya lupa bawa jaket.
Sesampai rest area km 57, senang banget liat ada mini market. Langsung saja kucari sesuap makanan yang bisa mengganjal perut laparku ini. Pilihanku pun jatuh pada sari roti rasa cream coklat. Aduhai, sari roti ini rasanya paling enak yang pernah kutemui. Pengaruh sangking laparnya kali ya. Hehe...
15 menit kemudian, 2 panitia pun menjemputku namanya Pak Agus dan Pak Ghazali menggunakan Toyota Avanza. Aku langsung diantar ke tempat makan dimana tamu yang lain juga sudah berkumpul. Setengah jam aku pun sampai ditempat makan, disambut keriuhan para tamu yang asik bersenandung lagu-lagu lawas era 80 an. Sementara yang lain sudah selesai menyantap makanannya.
#Wisma Tamu
Alhamdulilah, perut telah diberi asupan. Saatnya kami diantar ke wisma tamu dengan jarak tempuh setengah jam menggunakan Bus Pupuk Kujang. Di bus itu, aku duduk bareng dengan karyawati Pupuk Kujang namanya Mba Nila. Kulitnya putih, berparas cantik seperti ada keturunan arab. Dari penampilannya yang cukup trendi dengan menggunakan celana jeans dipadu jaket jeans dan jilbab pink, awalnya aku taksir usianya dibawah umurku. Setelah kuselidiki ternyata usianya lebih tua daripada aku.
Kami asik mengobrol saling sharing kegiatan perusahaan, tentang bagaimana perbedaan kondisi antara Karawang dan Bontang, hingga sedikit pembahasan tentang kehidupan pribadi kami. Ia juga telah memiliki suami dan baru saja dianugerahkan 1 orang anak.
Begitu asiknya ngobrol di bus, tak terasa aku sudah sampai di wisma tamu Pupuk Kujang. Suasananya tak jauh berbeda dengan wisma tamu di Pupuk Kaltim. Lokasinya berada di kompleks dan tentu saja sangat sepi. Jujur saja aku sedikit takut berada di wisma ini. Berada di tempat baru yang sepi, apalagi sebelumnya sempat dapat info dari teman bahwa tempat ini katanya "ada sesuatu" sungguh membuatku grogi.
Semakin grogi, soalnya masih sendirian karena tamu dari Pupuk Sriwijaya yang info dari panitia aku akan sekamar dengan Ibu Ning belum datang. Sebab, beliau mengambil penerbangan dari palembang jam 5 sore jadi akan telat tiba.
Sekitar 15 menit kemudian, aku lega banget Bu Ning akhirnya tiba. Sekejap tenanglah sudah hati ini. Kami cukup banyak saling bercerita sebelum tidur. Beliau usianya sudah 53 tahun, sebentar lagi memasuki masa pensiun dan memiliki dua anak yang sudah pada beranjak dewasa.
#Kegiatan Survei Kepuasan Lingkungan (SKL)
Kamis, 24 Nopember 2016 pukul 09:00 acara SKL pun dimulai. Sebanyak 185 tamu undangan yang hadir dari berbagai element masyarakat. Acara dibuka dengan pemutaran video safety indoction, dilanjutkan acara sambutan-sambutan, dan pengisian kuisioner.
Sebelum pengisian kuisioner, audience dihibur kesenian khas sunda "calung" oleh anak2 SD yg main musik angklung sambil bernyanyi dan melakoni pertunjukan drama kecil yg kocak dan sangat menghibur. Pengisian kuisioner dilakukan secara terbuka (anggota PIHC melihat langsung kegiatan pengisian tersebut) dan pengisiannya dipandu oleh tim mahasiswa Uniska Karawang.
Dalam substansi kuisionernya, kujang memberikan beberapa point pertanyaan yaitu jenis kegiatan csr yg dikehendaki masyarakat (ada 7 item pilihan program yg dinilai dari tingkat kepentingannya). Akhirnya, pukul 10:46 acara SKL pun selesai.
#Suasana Karawang dan Sajian Kulinernya
Selesai SKL, aku dan rombongan PIHC lalu makan siang bersama diluar. Sebagai pecinta kuliner, moment inilah yang paling kunantikan saat berada di kota orang. Hihi...
Makan siangnya disebuah tempat bernama sate maranggi cibungur. Kalau di Bontang semacam pujasera koperasi pkt. Uniknya, kalau di pujasera koperasi pkt Bontang dikelola dari berbagai pedagang, tapi disini dikelola oleh satu pedagang saja.
Ini pertama kalinya aku makan sate maranggi dan jatuh hati banget sama makanan ini. Pedas sambalnya segar banget, dagingnya pun aduhai empuknya. Ada lagi makanan tutu yang pertama kalinya juga aku baru makan. Ini juga nggak kalah enak. Soto dagingnya, gorengannya rasanya juara banget. Begitu pengennya menikmati semua sajian di meja, sengaja banget makan nasinya dikit aja. Hehe...
Setelah makan siang, rombongan mampir sholat zuhur. Lalu kami langsung diajak mengunjungi 2 mitra binaan kujang yaitu bale batik taza khas karawang, dan mitra binaan pembuat mie klinik marety (berupa mie ayam hijau yang dapat berkhasiat menyembuhkan maag, hipertensi, types, kolestrol, dan diabetes).
Di bale batik taza, pembuatan batik dibuat dari pewarna alam. Motif khasnya adalah gambar padi karena memang Karawang identik persawahan, walaupun saat ini jumlah sawah mulai berkurang karena banyaknya pembangunan. Dari penuturan pemilik, usahanya banyak menerima pesanan dari luar kota. Tak tanggung-tanggung pernah mensponsori kostum artis Rina Nose.
Nah, kalau di mie klinik asiknya rombongan mendapat sajian makanan lagi euy. Hehe... Mie klinik ini rasanya sama seperti mie ayam pada umumnya, yang membedakan hanya bahan mienya saja yang terbuat dari herbal daun marety. Pemiliknya berdarah cina, tampak sangat ramah menyambut kami.
Untuk suasananya, Karawang terbilang cukup bersih dan penduduknya belum begitu padat. Alur kendaraan pun belum terlalu macet. Menurut info, kabupaten ini memiliki upah minimum yang terbilang lumayanlah sudah di atas 3 juta. Di tempat ini juga berdiri bangunan bersejarah namanya bendungan walahar. Spot buat selfie viewnya asik banget. Arus air yang mengalir, burung-burung yang beterbangan disekitar bendungan semakin mempercantik suasana.
Konon, bangunan ini katanya dibangun pada masa penjajahan Portugis yang kemudian dilanjutkan masa penjajahan Belanda. Pastinya, saat masa pembangunannya banyak melibatkan tenaga pribumi. Berdirinya bendungan ini difungsikan sebagai pembagi air sungai citarum untuk mengatur debit dan sirkulasi air dalam mengaliri areal persawahan. Tak heran jika tempat ini sesungguhnya menjadi saksi dari bergesernya sebuah peradaban sungai khususnya di Karawang.
Singkat cerita, selesai kunjungan kilat ini kami kembali ke wisma tamu untuk istirahat sejenak. Malamnya, kami dijamu lagi makan malam di pinggiran dengan menu seafood. Rasanya sama saja dengan seafood di Bontang. Yang berkesan adalah menu kerang saus padangnya juara. Sekitar pukul setengah 10 malam kembali ke wisma. Sampai disana, ada sedikit rasa takut karena Ibu Ning sudah kembali deluan, terpaksa aku jadi sendiri di tempat ini. Untungnya beberapa jam lagi aku akan cekout karena penerbanganku jam 5 pagi, sehingga jam 1 pagi mesti sudah mulai perjalanan menuju bandara Soekarno Hatta Jakarta.
Alhamdulilah yah, bisa mengunjungi lagi tempat baru di negeriku Indonesia. Terima kasih Pupuk Kujang Cikampek, terima kasih Karawang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar